Cognitive
Behavioral Therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan salah satu pendekatan psikoterapi
yang paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektif dalam mengatasi
berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Asumsi yang mendasari CBT
terutama untuk kasus depresi, yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari
distorsi (penyimpangan) dalam berpikir. Perbaikan dalam keadaan emosi hanya
dapat berlangsung lama kalau dicapai perubahan pola-pola berpikir selama proses
terapi. Demikian pula pada pasien pola berpikir yang maladaptive (disfungsi kognitif) dan gangguan perilaku.
1.
Pendekatan
Behavioral
Cognitive Behaviour Therapy merupakan salah
satu teknik dari pendekatan behavioral. Pendekatan behavioral didasari oleh eksperimen
yang melakukan investigasi tentang prinsip-prinsip tingkah laku manusia.
Konseling behavioral memiliki asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat
dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru, dan
manusia memiliki potensi untuk berprilaku baik atau buruk, tepat atau salah.
Selain itu manusia dipandang sebagai individu yang melakukan refleksi atas
tingkah lakunya sendiri, mengatur serta dapat mengontrol perilakunya, dan dapat
belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi prilaku orang lain (Walker
& Shea dalam Komalasari, 2011).
Perkembangan pendekatan behavior diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an
sebagai awal radikal menentang prespektif psikoanalisis yang dominan.
Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen para behaviorist yang memberikan sumbangan
pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Secara garis besar,
sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari tiga trend utama,
yaitu: trend I: kondisioning klasikal (Classical
Conditioning), trend II (Operant
Conditioning), dan trend III (Cognitive
Therapy) (Corey dalam Komalasari, 2011).
Dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan siswa saat berkomunikasi dengan
guru penulis akan menerapkan penggunaan taknik behavioral trend III, yaitu Cognitive Behavioral Therapy.
2.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Pendekatan Cognitive Behavioral
Therapy muncul sekitar tahun 1960, dan dilator belakangi oleh psikiater
Amerika, Aaron T. Beck. Beck (dalam Wilding & Milne, 2008) menyatakan bahwa
dalam diri seseorang terdapat proses pemikiran yang paralel dan inilah yang
mempengaruhi perilaku seseorang. Jika digambarkan model dari Cognitive
Behavioral Therapy (CBT) adalah sebagai berikut:
Kejadian atau peristiwa à Pikiran à Perilaku à Perasaan (emosi
dan fisik) à Perilaku yang
muncul
Beck (dalam Wilding & Milne, 2008) menggunakan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk membantu mengatasi masalah
depresi. Beck juga menjelaskan bahwa Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat
menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan,dan dapat memenuhi
gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan teknik menggabungkan terapi
kognitif dan bentuk modifikasi perilaku. Terapi kognitif didasarkan pada asumsi
bahwa kognisi merupakan penentu utama mengenai bagaimana kita merasakan dan
berbuat. Beck (dalam Corey, 1990) menulis bahwa, dalam arti yang paling luas,
“terapi kognitif terdiri dari semua pendekatan yang menjadikan kepedihan
psikologis lebih bisa tertahankan melalui medium mengoreksi konsepsi keliru dan
sinyal-sinyal dirinya sendiri”. Selanjutnya teori ini tidak menggunakan reinforcement dengan menganggap bahwa
individu dapat belajar malakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan mengulang
apa yang dilihat. Tingkah laku ditentukan oleh antisipasi terhadap konsekuensi.
Teori ini juga menekankan pada kognisi dan regulasi diri. Manusia sebagai
pribadi dapat mengatur diri sendiri (self
regulation), dapat memengaruhi tingkah laku dengan mengatur lingkungan,
dapat menciptakan dukungan kognitif dan dapat melihat konsekwensi bagi tingkah
laku sendiri. Dari penjelasan di atas, secara singkat Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat diartikan sebagai suatu
teknik yang secara simultan berusaha memerkuat timbulnya perilaku adaptif dan
memerlamah timbulnya perilaku yang tidak adaptif melalui pemahaman proses
internal yaitu aspek kognisi tentang pikiran yang kurang rasional dan upaya
pelatihan keterampilan copying yang
sesuai.
3.
Tujuan Utama Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
a)
Membangkitkan pikiran-pikiran negative atau berbahaya,
dialog internal atau bicara sendiri (self-talk)
dan interpretasi terhadap kejadian-kejadian yang dialami. Pikiran-pikiran
negatif tersebut muncul secara otomatis, sering diluar kesadaran klien, apabila
menghadapi situasi stress atau mengingat kejadian penting masa lalu. Distorsi
kognitif tersebut, perilaku maladaptive
yang menambah berat masalahnya.
b)
Terapist bersama client mengumpulkan bukti yang mendukung
atau menyanggah interprestasi yang telah diambil. Oleh karena pikiran otomatis
sering didasarkan atas kesalahan logika, maka program cognitive behavioral therapy (CBT) diarahkan untuk membantu klien
mengenali dan mengubah distorsi kognitif. Klien dilatih mengenali pikirannya
dan mendorong untuk menggunakan keterampilan, menginterpretasikan secara lebih
rasional terhadap struktur kognitif yang maladaptive.
c)
Menyusun desain eksperimen (pekerjaan rumah) untuk
menguji validitas interpretasi dan menjaring data tambahan untuk diskusi di
dalam proses terapi.
4.
Penggunaan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Cognitive Behavioral Therapy
(CBT)
dapat dipakai untuk penyembuhan beberapa gangguan yang terjadi pada diri
seseorang, terutama gangguan yang terjadi karena pemikiran yang salah terhadap
suatu kejadian. Wilding dan Milne (2008) menyatakan bahwa Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan sebuah pendekatan dalam
konseling yang dapat membantu individu yang mengalami masalah depresi dan
kecemasan, Oemarjoedi (2003) menambahkan bahwa Cognitive Behavioral Therapy (CBT) juga dapat digunakan untuk
membantu menyembuhkan gangguan kepribadian, depresi, schizofrenia, gangguan
kecemasan, ganguan panic, pobia, gangguan somatoform, ketergantungan substansi,
gangguan makan, gannguan obsesi komulsi, gangguan stress pascatrauma,
hipokondria, dan masalah emosi bahkan masalah perkawinan. Selain itu dijelaskan
oleh Froggatt (2006) bahwa Cognitive
Behavioral Therapy (CBT) dapat membantu mengatasi masalah kecemasan baik
kecemasan biasa maupun kecemasan khusus seperti kecemasan social dan kecemasan
pasca trauma.
Cognitive Behavioral Therapy
(CBT)
juga dapat membantu seseorang mengembangkan keterampilan yang berhubungan
dengan pekerjaan seperti komunikasi, hubungan interpersonal, kepemimpinan dan manajerial
serta peningkatan motivasi (Oemarjoedi, 2003).
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat di pakai untuk
membantu seseorang dalam menangani masalah yang dihadapi terutama yang
berkaitan dengan kecemasan dan depresi, selain itu pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat
digunakan untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki seseorang.
5.
Teknik dalam Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Setiap pendekatan yang dipakai untuk membantu seseorang dalam memecahkan
masalah yang dihadapi pasti mempunyai teknik yang berbeda Cognitive Behavioral Therapy (CBT) memiliki teknik yang bervariasi
untuk berbagai masalah, Froggatt (2006) menyatakan bahwa ada beberapa teknik dalam
pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
yaitu:
a)
Pemajanan
Pemajanan (exposure) merupakan teknik yang sering
dipraktikkan. Tujuannya adalah menguji keyakinan meningkatkan toleransi
terhadap ketidak nyamanan dan mengembangkan keyakinan terhadap kemampuan
sendiri dalam mengatasi masalah. Biasanya pemajanan dilakukan secara bertahap,
langkah ini dimulai dari situasi yang sedikit menakutkan, dilanjutkan dengan
hal yang lebih mencemaskan dan berakhir dengan hal yang sangat menakutkan. Biasanya
proses ini dilakukan dengan membuat hirarki kecemasan.
b)
Pencegahan Reaksi
Pemejanan sering dikaitkan
dengan pencegahan reaksi, ini meliputi penghambatan setiap strategi
disfungsional yang bisa digunakan dalam menangani situasi yang menakutkan.
Contohnya bila takut berada ditempat umum dan terdorong untuk lari dari situasi
tersebut, cobalah untuk tinggalsampai rasa panik itu berkurang.
c)
Relaksasi
Usaha untuk mengajari seseorang
relaks, dengan menjadikan orang itu sadar
tentang perasaan-perasaan
relaks kelompok-kelompok otot utama seperti tangan, muka, dan leher, dada,
bahu, punggung, perut, dan kaki.
Dari penjelasan diatas dapat
diketahui bahwa teknik dalam pendekatan Cognitive
Behavioral Therapy (CBT) meliputi teknik pemanjanan, teknik pencegahan
reaksi dan relaksasi. Dan dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan
teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan siswa saat berkomunikasi dengan
guru.
Dalam penelitian ini,
peneliti akan menggunakan teknik relaksasi. Menurut Thantawy (dalam Froggatt,
2006) relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran atau kecemasan atau stress
melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber pada
objek-objek tertentu. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek
fisik dan mental manusia.
Referensi:
Corey, G. (1990)
. Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi.
California:
Pacific
Grove.
Froggatt, W. (2006). Free from stress. Jakarta: PT. Buana
Ilmu Populer.
Komalasari, G. dkk. (2011). Teori dan teknik konseling. Jakarta: PT. Indeks.
Oemarjoedi, A,
K. (2003). Pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT) dalam
Psikoterapi. Jakarta: Kreatif Media
Wilding, C. & Milne, A. (2008). Cognitive behavior therapy. Hodder
Education. New York:
McGraww-Hill inc.
Referensi
Gambar:
https://got-baggage.com/wp-content/uploads/2016/09/cognitive-triangle-300x236.jpg
(diakses pada 12 Juli 2017 pukul: 19.20 WIB)
(diakses pada 12 Juli 2017 pukul: 19.22 WIB)