Pages

Sabtu, 15 Juli 2017

Tugas 2 #Psikoterapi

Cognitive Behavioral Therapy



Cognitive behavioral therapy (CBT) merupakan salah satu pendekatan psikoterapi yang paling banyak diterapkan dan telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai gangguan, termasuk kecemasan dan depresi. Asumsi yang mendasari CBT terutama untuk kasus depresi, yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari distorsi (penyimpangan) dalam berpikir. Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat berlangsung lama kalau dicapai perubahan pola-pola berpikir selama proses terapi. Demikian pula pada pasien pola berpikir yang maladaptive (disfungsi kognitif) dan gangguan perilaku.

1.      Pendekatan Behavioral
Cognitive Behaviour Therapy merupakan salah satu teknik dari pendekatan behavioral. Pendekatan behavioral didasari oleh eksperimen yang melakukan investigasi tentang prinsip-prinsip tingkah laku manusia. Konseling behavioral memiliki asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru, dan manusia memiliki potensi untuk berprilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Selain itu manusia dipandang sebagai individu yang melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, mengatur serta dapat mengontrol perilakunya, dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi prilaku orang lain (Walker & Shea dalam Komalasari, 2011).
Perkembangan pendekatan behavior diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal menentang prespektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen para behaviorist yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari tiga trend utama, yaitu: trend I: kondisioning klasikal (Classical Conditioning), trend II (Operant Conditioning), dan trend III (Cognitive Therapy) (Corey dalam Komalasari, 2011).
Dalam upaya menurunkan tingkat kecemasan siswa saat berkomunikasi dengan guru penulis akan menerapkan penggunaan taknik behavioral trend III, yaitu Cognitive Behavioral Therapy.

2.      Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy muncul sekitar tahun 1960, dan dilator belakangi oleh psikiater Amerika, Aaron T. Beck. Beck (dalam Wilding & Milne, 2008) menyatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat proses pemikiran yang paralel dan inilah yang mempengaruhi perilaku seseorang. Jika digambarkan model dari Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah sebagai berikut:
Kejadian atau peristiwa à Pikiran à Perilaku à Perasaan (emosi dan fisik) à Perilaku yang muncul
Beck (dalam Wilding & Milne, 2008) menggunakan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk membantu mengatasi masalah depresi. Beck juga menjelaskan bahwa Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan,dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan teknik menggabungkan terapi kognitif dan bentuk modifikasi perilaku. Terapi kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kognisi merupakan penentu utama mengenai bagaimana kita merasakan dan berbuat. Beck (dalam Corey, 1990) menulis bahwa, dalam arti yang paling luas, “terapi kognitif terdiri dari semua pendekatan yang menjadikan kepedihan psikologis lebih bisa tertahankan melalui medium mengoreksi konsepsi keliru dan sinyal-sinyal dirinya sendiri”. Selanjutnya teori ini tidak menggunakan reinforcement dengan menganggap bahwa individu dapat belajar malakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan mengulang apa yang dilihat. Tingkah laku ditentukan oleh antisipasi terhadap konsekuensi. Teori ini juga menekankan pada kognisi dan regulasi diri. Manusia sebagai pribadi dapat mengatur diri sendiri (self regulation), dapat memengaruhi tingkah laku dengan mengatur lingkungan, dapat menciptakan dukungan kognitif dan dapat melihat konsekwensi bagi tingkah laku sendiri. Dari penjelasan di atas, secara singkat Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat diartikan sebagai suatu teknik yang secara simultan berusaha memerkuat timbulnya perilaku adaptif dan memerlamah timbulnya perilaku yang tidak adaptif melalui pemahaman proses internal yaitu aspek kognisi tentang pikiran yang kurang rasional dan upaya pelatihan keterampilan copying yang sesuai.

3.      Tujuan Utama Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
a)      Membangkitkan pikiran-pikiran negative atau berbahaya, dialog internal atau bicara sendiri (self-talk) dan interpretasi terhadap kejadian-kejadian yang dialami. Pikiran-pikiran negatif tersebut muncul secara otomatis, sering diluar kesadaran klien, apabila menghadapi situasi stress atau mengingat kejadian penting masa lalu. Distorsi kognitif tersebut, perilaku maladaptive yang menambah berat masalahnya.
b)      Terapist bersama client mengumpulkan bukti yang mendukung atau menyanggah interprestasi yang telah diambil. Oleh karena pikiran otomatis sering didasarkan atas kesalahan logika, maka program cognitive behavioral therapy (CBT) diarahkan untuk membantu klien mengenali dan mengubah distorsi kognitif. Klien dilatih mengenali pikirannya dan mendorong untuk menggunakan keterampilan, menginterpretasikan secara lebih rasional terhadap struktur kognitif yang maladaptive.
c)      Menyusun desain eksperimen (pekerjaan rumah) untuk menguji validitas interpretasi dan menjaring data tambahan untuk diskusi di dalam proses terapi.

4.      Penggunaan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat dipakai untuk penyembuhan beberapa gangguan yang terjadi pada diri seseorang, terutama gangguan yang terjadi karena pemikiran yang salah terhadap suatu kejadian. Wilding dan Milne (2008) menyatakan bahwa Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan sebuah pendekatan dalam konseling yang dapat membantu individu yang mengalami masalah depresi dan kecemasan, Oemarjoedi (2003) menambahkan bahwa Cognitive Behavioral Therapy (CBT) juga dapat digunakan untuk membantu menyembuhkan gangguan kepribadian, depresi, schizofrenia, gangguan kecemasan, ganguan panic, pobia, gangguan somatoform, ketergantungan substansi, gangguan makan, gannguan obsesi komulsi, gangguan stress pascatrauma, hipokondria, dan masalah emosi bahkan masalah perkawinan. Selain itu dijelaskan oleh Froggatt (2006) bahwa Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat membantu mengatasi masalah kecemasan baik kecemasan biasa maupun kecemasan khusus seperti kecemasan social dan kecemasan pasca trauma.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) juga dapat membantu seseorang mengembangkan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti komunikasi, hubungan interpersonal, kepemimpinan dan manajerial serta peningkatan motivasi (Oemarjoedi, 2003).
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat di pakai untuk membantu seseorang dalam menangani masalah yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi, selain itu pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki seseorang.

5.      Teknik dalam Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Setiap pendekatan yang dipakai untuk membantu seseorang dalam memecahkan masalah yang dihadapi pasti mempunyai teknik yang berbeda Cognitive Behavioral Therapy (CBT) memiliki teknik yang bervariasi untuk berbagai masalah, Froggatt (2006) menyatakan bahwa ada beberapa teknik dalam pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yaitu:
a)      Pemajanan
Pemajanan (exposure) merupakan teknik yang sering dipraktikkan. Tujuannya adalah menguji keyakinan meningkatkan toleransi terhadap ketidak nyamanan dan mengembangkan keyakinan terhadap kemampuan sendiri dalam mengatasi masalah. Biasanya pemajanan dilakukan secara bertahap, langkah ini dimulai dari situasi yang sedikit menakutkan, dilanjutkan dengan hal yang lebih mencemaskan dan berakhir dengan hal yang sangat menakutkan. Biasanya proses ini dilakukan dengan membuat hirarki kecemasan.
b)      Pencegahan Reaksi
Pemejanan sering dikaitkan dengan pencegahan reaksi, ini meliputi penghambatan setiap strategi disfungsional yang bisa digunakan dalam menangani situasi yang menakutkan. Contohnya bila takut berada ditempat umum dan terdorong untuk lari dari situasi tersebut, cobalah untuk tinggalsampai rasa panik itu berkurang.
c)      Relaksasi
Usaha untuk mengajari seseorang relaks, dengan menjadikan orang itu sadar
tentang perasaan-perasaan relaks kelompok-kelompok otot utama seperti tangan, muka, dan leher, dada, bahu, punggung, perut, dan kaki.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa teknik dalam pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) meliputi teknik pemanjanan, teknik pencegahan reaksi dan relaksasi. Dan dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan siswa saat berkomunikasi dengan guru.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik relaksasi. Menurut Thantawy (dalam Froggatt, 2006) relaksasi adalah teknik mengatasi kekhawatiran atau kecemasan atau stress melalui pengendoran otot-otot dan syaraf, itu terjadi atau bersumber pada objek-objek tertentu. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia.


Referensi:
Corey, G. (1990) . Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. California:
Pacific Grove.

Froggatt, W. (2006)Free from stress. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer.

Komalasari, G. dkk. (2011)Teori dan teknik konseling. Jakarta: PT. Indeks.
Oemarjoedi, A, K. (2003)Pendekatan cognitive behavioral therapy (CBT) dalam
Psikoterapi. Jakarta: Kreatif Media

Wilding, C. & Milne, A. (2008). Cognitive behavior therapy. Hodder Education. New York:
McGraww-Hill inc.


Referensi Gambar:
(diakses pada 12 Juli 2017 pukul: 19.22 WIB)