Pages

Minggu, 10 April 2016

KESEHATAN MENTAL MENURUT TOKOH-TOKOH PSIKOLOGI (Part 4)


Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari
1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian
dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah.
Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahuntahun
pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu
hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin
pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia,
disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat
mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of
Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey
serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth.
Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di
Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama
diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut
orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran
Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang
diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut
aliran Thorndike.
1.      Perkembangan Kesehatan Mental Menurut Carl Rogers

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
2.      Konsep Kepribadian Menurut Carl Rogers
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.

Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.        Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.       Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan. Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
ü  Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
ü  Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
1.        Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual).
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
§  Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhankebutuhannya.
§  Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
§  Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2.       Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience). Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
§  Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”. Self mempunyai bermacam-macam sifat:
a)     Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
b)     Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
c)      Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
d)     Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
e)     Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
f)       Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.


3.      Kepribadian Sehat Menurut Carl Rogers
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.


Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda – beda tergantung pada pengalaman – pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut
Rogers’s Mind Mapping

Referensi :
Materi Handout Ibu Warda Lisa. Teori Kepribadian Carl Rogers
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
 Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media dan Nuansa.
Mahmud. (2005). Psikologi Pendidikan Mutakhir. Bandung:Sahiva
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda

Images :
http://journalpsyche.org/wp-content/uploads/2014/08/CarlRogers.jpg
http://www.theimperfectprincess.com/wp-content/uploads/2015/01/CarlRogersQuote1.jpg
http://www.azquotes.com/picture-quotes/quote-the-only-person-who-is-educated-is-the-one-who-has-learned-how-to-learn-and-change-carl-rogers-24-91-89.jpg
https://runningfather.files.wordpress.com/2013/03/carl-rogers-1024x493.png
http://www.terre-a-psy.com/wp-content/uploads/Foto_rogers1.jpg