Pages

Senin, 07 Maret 2016

[Kesehatan Mental] Konsep Sehat

Sehat itu mahal. Sure. Bayangkan, ada ribuan orang diluar sana yang ingin sehat dan pulih kembali lalu beraktivitas seperti biasa. Ketika kita sehat, kita dapat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, berlari mengejar bus yang akan kita naiki, makan bersama teman, hangout bersama sahabat, pergi ke toko buku, tertawa bersama teman kampus dan lain sebagainya. Sehat itu anugerah dan kita sudah seyogianya bersyukur atas nikmat tersebut.
Pada masa lalu, individu dan masyarakat memandang sehat dan sakit sebagai hitam putih. Kesehatan adalah kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. Pendekatan yang digunakan pada abad ke-21, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).
 Baiklah para bloggers, untuk tetap menjadi pribadi yang selalu sehat kita harus memiliki konsep sehat. Apalagi jika kalian adalah anak kost, para perantau yang jauh dari hangatnya sebuah keluarga, kalian yang sangat work a holic, saya sarankan untuk memiliki konsep sehat.
Konsep sehat pada masyarakat awam lebih merujuk kepada keadaan fisik jasmaniah seseorang yaitu sehat atau sakit. Namun, konsep sehat tidak hanya  dari segi fisik saja, terdapat dimensi-dimensi lain seperti emosi, intelektual, sosial dan spiritual. Sehat dapat dikatakan sebagai suatu kondisi normal, nyaman dan bahagia baik secara fisik , emosi (EQ), intelektual (IQ), spritual (SQ) dan sosial. Serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terganggu. Sedangkan sakit diartikan sebagai keadaan fisik tubuh yang terganggu lalu menyebabkan perasaan tidak nyaman dan tidak mengenakan. Berikut akan dipaparkan beberapa pengertian sehat :
a.       Menurut World Health Organization (WHO)
Menurut WHO (1947), sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle 1994) :
1)      Memperhatikan individu sebuah  sistem  yang menyeluruh
2)      Memandang sehat dengan  mengidentifikasi lingkungan  internal  dan eksternal
3)      Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
b.      Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI)
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Setiap pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. UU No.23, 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
c.       Menurut Parkins
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.
d.      Pendapat White
Menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
e.       Pendapat Dian Mohammad Anwar
Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih merujuk kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat dan Afiat itu mempunyai makna yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut dengan salah satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang terkandung dalam kata yang tidak disebut. Dalam kamus bahasa Arab sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat diartikan sebagai perlindungan Allah SWT. untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipudaya. Perlindungan Allah itu sudah barang tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi orang-orang yang mematuhi petunjuk-Nya. Dengan demikian makna afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.
f.       Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunannya, dan memelihara serta mengembangkannya.  
v  Konsep Sehat dikembangkan berdasarkan :

1)      Dimensi Emosional
Menurut Goleman, emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih, senang. Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kesetabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan.
2)      Dimensi Intelektual
Kesehatan intelektual meliputi usaha untuk secara terus-menerus tumbuh dan belajar untuk beradaptasi secara efektif dengan perubahan baru. Bagaimana seseorang berfikir, wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika dan pertimbangnnya. Dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
3)      Dimensi Fisik
Menurut dimensi fisik, seseorang dikatakan sehat secara fisiologis (fisik) bila terlihat normal,  tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
4)      Dimensi Sosial
Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai. Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya mampu untuk bekerja sama. Tingkah laku manusia dalam kelompok sosial, keluarga, pernihakan, dan sesama lainnya, penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku.
5)      Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing. Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka. Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana  ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.


Referensi:

Dra. Siti Sundari HS. M.Pd, 2005. Kesehatan Mental. Jakarta: Rineka Cipta.
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

http://putridsumitra.blogspot.co.id/2015/03/konsep-sehat-berdasarkan-dimensi.html

https://yulia1674.wordpress.com/2015/03/17/konsep-kesehatan-berdasarkan-dimensi-emosiintelektual-sosial-fisikdan-spiritual/


Gambar: 
https://pbs.twimg.com/media/B_pFXivUcAACuBQ.jpg