Pages

Rabu, 24 Juni 2015

PROSES BERPIKIR DAN BERBAHASA PADA ANAK


I. KOGNITIF
A.     Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi sistem - sistem yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Konsep : Unit Dasar dari berpikir
Konsep adalah unit dasar dari berpikir. Konsep adalah kategori umum dari hal, peristiwa, dan kualitas yang dihubungkan berdasarkan suatu ciri-ciri yang umum tanpa memedulikan perbedaan mereka. Contohnya dapat dilihat pada sepeda. Pada umumnya banyak sekali jenis sepeda tapi kita tahu bahwa semua sepeda memiliki ciri umum yang sama yaitu memiliki dua roda, pedal, dan setang. Dan kita tahu apa-apa saja yang bukan sepeda seperti motor, mobil, dan lain-lain.
Empat alasan kenapa konsep sangat penting.
1)      Konsep memungkinkan kita untuk melakukan generalisasi.
Bila kita tidak memiliki konsep, setiap objek dan kejadian dalam dunia kita akan menjadi unik dan sesuatu yang baru untuk kita setiap kita berhadapan dengannya.
2)      Konsep memungkinkan kita untuk membuat asosiasi pengalaman dan benda-benda yang ada.
Bola basket, hoki es, dan lari dalam lintasan merupakan contoh-contoh olahraga. Konsep olahraga memberikan kita cara untuk membandingkan aktivitas-aktivitas ini.
3)      Konsep membantu ingatan, membuatnya menjadi lebih efisien, sehingga tidak harus menciptakan kembali pemahaman atau makna ketika kita berhadapan dengan potongan informasi.
4)      Konsep menyediakan petunjuk mengenai bagaimana kita bereaksi terhadap suatu pengalaman tertentu.

B.      Prinsip Dasar Teori Piaget

Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis ( perkembangan jiwa).
Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif, yaitu :
·         Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
·         Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
·         Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
·         Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.

C.      Aspek Inteligensi

Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda:
1)      Struktur disebut juga scheme (skemata/Schemas). Struktur dan  organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri. Struktur kognitif merupakan mental framework yang dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan dan  menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya. (Flavell, Miller & Miller)
2 hal penting yg harus diingat tentang membangun struktur kognitif:
1.      seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses
2.      lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembanga struktural
2)      Isi disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa yang anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur dan fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” dan “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual.
3)      Fungsi Disebut function, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua organisme hidup yang berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi melalui proses organisasi dan adaptasi. Organisasi: cenderung untuk mengintegrasi diri dan dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yg penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara:
1.      Organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar dan mencocokkannya ke dalam struktur yang sudah ada. Contoh: manusia mengasimilasi makanan dengan membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yg mereka makan menjadi bagian dari diri mereka.
2.      Organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Proses ini disebut akomodasi. Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal. Contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi makanan tapi juga mengakomodasikannya dengan mensekresi cairan lambung untuk menghancurkannya dan kontraksi lambung mencernanya secara involunter.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai denganmenggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
D.     Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh  maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasii atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Tahap – tahap Perkembangan
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia : 1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun) 2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun) 3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun) 4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa).
1)      Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial / persepsi penting dalam enam sub-tahapan:
a.      Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggudan berhubungan terutama dengan refleks.
b.      Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c.       Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d.      Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e.      Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
f.        Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2)      Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
3)      Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
4)      Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
§  Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak adaurutan yang mundur.
§  Universal (tidak terkait budaya)
§  Bisa digeneralisasi : representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
§  Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
§  Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
§  Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada :
§  Berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.
§  Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.
§  Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar konteks sosial  dan budaya , yang mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.
§  Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
§  Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodivikasi pengetahuan awal mereka.
§  Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. PBI dikembangkan berdasarkan kepada teori Piaget ini.
§  Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.

E.      Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran, adalah :
1.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.      Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1.      Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2.      Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3.       Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4.      Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
II. BAHASA
A.      Pengertian Bahasa
Bahasa  adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (pertukaran informasi antara pikiran dan perasaan).
Bahasa memungkinkan kita berkomunikasi dengan orang lain di sekitar kita. Bahasa juga memungkinkan kita untuk memikirkan tentang hal-hal dan proses-proses yang terjadi yang tidak dapat kita lihat, rasa, dengar, sentuh , atau baui. Hal-hal ini mencakup mengenai ide-ide ataupun konsep-konsep yang tidak memiliki bentuk / wujud untuk diserap indera kita.
Walaupun fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi, tetapi tidak semua komunikasi dilakukan lewat bahasa. Komunikasi juga memadu aspek-aspek lain di luar bahasa ujaran. Aspek-aspek tersebut antar lain :
§  Aspek pertama
Komunikasi dapat dilakukan dengan cara-cara non-verbal (misalnya : bahasa tubuh).
Contoh : Saat sedang sedih biasanya raut wajah seseorang akan tampak murung. Hal ini dapat member informasi bagi orang lain bahwa seseorang itu sedang bersedih tanpa harus memberitahu lewat bahasa ujaran.
§  Aspek kedua
Komunikasi bisa dilakukan lewat tatapan karena tatapan bisa menggambarkan banyak tujuan.
Contoh : Tatapan mata yang tajam dan menakutkan bisa saja menjadi indikasi bahwa seseorang sedang marah dan kesal.
§  Aspek ketiga
Dalam aspek ketiga ini komunikasi juga dapat dilakukan lewat sentuhan atau kontak fisik yang bermakna.
Contoh : Kita sering memnberikan ucapan selamat kepada seseorang dengan jabatan tangan atau sebuah pelukan.
B.      Hakikat Bahasa
Arti kata hakikat menurut KBBI memiliki pengertian intisari atau mendasar. Jadi, hakikat bahasa dapat dipahami sebagai sesuatu yang mendasar dari bahasa.
Hakikat Bahasa diantaranya :
·         Bahasa sebagai alat komunikasi
Bahasa menjadi penyampai pesan dari penyapa kepada yang disap. Komunikasi harus bermakna atau berarti baik bagi penyapa atau pesapa. Komunikasi dapat bermakna jika sistem tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi tersebut informatif.
·         Bahasa bersifat arbitrer
Pengertian arbitrer dalam studi bahasa adalah manasuka, asal bunyi, atau tidak ada hubungan logis antara kata sebagai simbol (lambang) dengan yang dilambangkan. Arbitrer berarti dipilih secara acak tanpa alasan sehingga ciri khusus bahasa tidak dapat diramalkan secara tepat.Secara leksis, kita dapat melihat kearbitreran bahasa. Kata anjing digunakan dalam bahasa Indonesia, Biang dalam bahasa Batak, Dog dalam bahasa Inggris. Hal ini memiliki kata yang berbeda untuk menyatakan konsep yang sama. Kearbitreran bahasa di dunia ini menyebabkan adanya kedinamisan bahasa.
·         Bahasa sebagai system
Setiap bahasa memiliki sistem, aturan, pola, kaidah sehingga memiliki kekuatan atau alasan ilmiah untuk dipelajari dan diverifikasi. Pada hakikatnya, setiap bahasa memiliki dua jenis sistem yaitu sistem bunyi dan sistem arti. Sistem bunyi mencakup bentuk bahasa dari tataran terendah sampai tertinggi (fonem, morfem, baik morfem bebas maupun morfem terikat, frase, paragraf, dan wacana). Sistem bunyi suatu bahasa tidak secara acak- acakan, tetapi mempunyai kaidah- kaidah yang dapat diterangkan secara sistematis. Sistem arti suatu bahasa merupakan isi atau pengertian yang tersirat atau terdapat dalam sistem bunyi.
Sistem bunyi dan sistem arti memang tidak dapat dipisahkan karena yang pertama merupakan dasar yang kedua dan yang kedua merupakan wujud yang pertama.
·         Bahasa memiliki makna
Makna adalah arti, maksud atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan untuk menghubungkan bentuk kebahasaan tersebut dengan alam di luar bahasa atau semua hal yang ditunjuknya.
·         Bahasa bersifat produktif / generatif
Hal ini diartikan sebagai kemampuan unsur bahasa untuk menghasilkan terus- menerus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur- unsur baru. Prefik /meN-/ dan /di-/, misalnya dapat melekat pada setiap kata kerja dan fungsinya masing- masing membentuk kata kerja aktif dan kata kerja pasif dalam bahasa Indonesia.
·         Bahasa bersifat universal
Bahasa merupakan sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap orang. Pada sifat internal bahasa, universal adalah kategori linguistik yang berlaku umum untuk semua bahasa.
·         Bahasa bersifat unik
Hal ini terlihat dari studi bahasa adalah kategori bahasa yang tersendiri bentuk dan jenisnya dari bahasa lain. Setiap bahasa ada perbedaan dengan bahasa lain meskipun termasuk dalam bahasa serumpun.
·         Bahasa bersifat dinamis
Bersifat dinamis maksudnya bahwa bahasa selalu berkembang dari waktu ke waktu. Bahasa Indonesa yang kita pakai sekarang bukanlah bahasa yang tidak pernah berkembang. Bahkan, bahasa Indonesia yang dipakai sekarang merupakan hasil dari pekembangan bahasa Melayu yang tentunya sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang.
·         Bahasa bersifat konvensional
Konvensional dapat diartikan sebagai satu pandangan atau anggapan bahwa kata- kata sebagai penanda tidak memiliki hubungan instrinsik atau inhern dengan objek, tetapi berdasarkan kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang didahului pembentukan secara arbitrer. Tahapan awal adalah manasuka/arbitrer, kemudian hasilnya disepakati/ dikonvensikan, sehingga menjadi konsep yang terbagi bersama (socially shared concept).
Setiap kita berbicara, kita terlibat dalam konvensi. Jika seseorang melihat kata kursi atau mendengar bunyi kursi, secara langsung dapat mengetahui bahwa kata itu merujuk pada sesuatu yang lain. Kita tahu bahwa tidak ada hubungan yang inhern antara kata kursi dengan benda kursi. Kata itu merujuk pada benda karena ada konvensi penamaan atau penyebutan benda tertentu dengan suatu nama tertentu.
C.      Tahap Awal Perkembangan Bahasa
Salah satu hal yang paling menarik dari perkembangan bahasa adalah interaksi linguistik anak dengan orangtua dan kepatuhan anak pada peraturan tertentu. Walau anak telah mempelajari konsep dan kosakata sejak usia dini, namun mereka huga mempelahari bagaimana bahasa mereka digunakan bersama.
Kebanyakan individu mengembangkan pemahaman mereka dengan baik tentang kosakata dan struktur bahasanya pada masa kanak-kanak. Misalnya, kebanyakan orang dewasa di Amerika telah memiliki kosakata setidaknya lebihkurang 50.000 kata. Para peneliti telah menunjukkan minat pada proses dimana aspek-aspek bahasa ini berkembang. Melalui banyak penelitian ini, kita akan paham tentang pencapaian utama dalam perkembangan bahasa.
Sebagai contoh, dalam penelitian Patricia Kuhl tentang perkembangan bahasa bayi menunjukkan bahwa jauh sebelum bayi mulai belajar untuk mengucapkan kata-kata, bayi dapat melakukan pemilahan sejumlah suara yang dibunyikan dalam proses mencari bunyi yang bermakna. Kuhl berpendapat bahwa dari lahir hingga usia 6 bulan anak-anak merupakan “ahli linguistik universal” yang mampu membedakan setiap bunyi yang membentuk percakapan manusia. Namun, ketika mulai memasuki usia 6 bulan mereka telah mulai menjadi spesialis dalam suara pembicaraan ibu mereka.
Sebelum memulai untuk mengungkapkan kata-kata pertamanya, biasanya bayi akan berceloteh-pengulangan secara terus menerus atas paduan suara dan huruf, seperti babababa atau dadadada-dimulai pada usia 3-6 bulan dan tentunya juga dipengaruhi oleh kesiapan biologis, tidak hanya penguatan atau kemampuan untuk mendengar. Dalam hal ini, berceloteh mungkin member kesempatan pada bayi untuk melatih mereka cara mengucapkan dan juga membantu mereka mengembangkan kemampuan artikulasi suara yang berbeda-beda.
Sebuah tugas penting dalam perkembangan bahasa bayi adalah untuk menyingkirkan kata-kata individual dari aliran suara yang terus mengalir yang membentuk pembicaraan sehari-hari. Namun, untuk melakukannya bayi harus menemukan batasan antarkata, sebuah tugas yang sangat sulit untuk bayu karena orang dewasa tidak membuat jeda antarkata ketika mereka berbicara. Kendati demikian, para peneliti telah menemukan bahwa bayi mulai dapat mendeteksi batasan-batasan kata pada umur 8 bulan.
Kata-kata pertama seorang anak, pertama kali diucapkan pada usia 10-13 bulan dan biasanya kata-kata yang mereka ucapkan hanya seputar yang ada di sekitar mereka; misalnya dapat meliputi nama orang yang penting (papa), mainan (bola), minuman (susu), bagian tubuh (mata), dsb.


Ketika anak-anak mencapai usia 2 tahun (24 bulan) bayi biasanya mengucapkan pernyataan yang terdiri atas 2 kata, misalnya minum susu. Mereka juga cepat sekali menangkap pentingnya mengekspresikan konsep dan peran yang dimainkan bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Untuk mengungkap pernyataan 2 kata ini, anak-anak akan menggantungkannya pada sikap gesture (gerakan) tubuh, intonasi, dan konteks. Walaupun kalimat 2 kata ini menghilangkan banyak bagian dari pembicaraan, tetapi mereka mengungkapkan banyak pesan. Ucapan seperti ini disebut sebagai pembicaraan telegrafik karena ketika orang menggunakan telegraf untuk berkomunikasi, mereka menghilangkan sebanyak mungkin kata yang tidak perlu untuk menyampaikan pesan seringkas dan setepat mungkin.
TABEL PERKEMBANGAN BAHASA
Usia
Kemampuan Berbahasa
0-6 bulan
Cooing
Diskriminasi huruf vokal
Celotehan muncul pada usia 6 bulan
6-12 bulan
Celotehan berkembang untuk mencakup suara dari bahasa yang diucapkan
Sikap tubuh yang digunakan untuk berkomunikasi tentang objek
Kata pertama muncul pada usia 10-13 bulan
12-18 bulan
Memahami lebih dari 50 kata sebagai rata-rata
18-24 bulan
Kosakata menungkat hingga mencapai rata-rata 200 kata
Mulai mengombinasikan 2 kata
2 tahun
Kosakata meningkat dengan cepat
Penggunaan bentuk jamak dengan cepat
Penggunaan struktur bahasa untuk masa lalu
Penggunaan kata depan
3-4 tahun
Rata-rata panjangnya ucapan 3-4 morfem dalam sebuah kalimat
Penggunaan kalimat “ya” dan “tidak”, pertanyaan “apa”, “siapa”, “kapan”, dan “kenapa”
Penggunaan kalimat perintah
Kesadaran yang meningkat terhadap pragmatis
5-6 tahun
Kosakata mencapai rata-rata 10.000 kata
Koordinasi kalimat sederhana
6-8 tahun
Kosakata terus meningkat
Keterampilan pembicaraan terus meningkat
Penggunaan keterampilan sintaksis terus meningkat
9-11 tahun
Pendefinisian kata menurut sinonim
Strategi pembicaraan terus meningkat
11-14 tahun
Kosakata menungkat pada tambahan kata-kata yang lebih abstrak
Memahami bentuk tata bahasa yang lebih rumit
Memahami metafora dan kalimat satir
Peningkatan pemahaman fungsi sebuah kata dalam sebuah kalimat
15-20 tahun
Memahami hasil karya tulis

A.      Bahasa dan Berpikir : Hipotesis Whorfian

Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini, maka manusia dapat berpikir mengenai sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Surya Sumantri, 1998).
Hipotesis Whorf lazim disebut teori relativitas bahasa. Edward Sapir (1884-1939) adalah seorang linguis Amerika yang sangat memahami konsep-konsep linguistik Eropa sedangkan Benjamin Lee Whorf (1897-1941) adalah gurunya. Mereka banyak mempelajari bahasa-bahasa orang Indian.
Hipotesis ini sangatlah kontroversial dengan pendapat sebagian ahli. Menurut hipotesis Sapir-Whorf/ teori relativias linguistic menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin dan kebutuhan si pemakainya. Jadi bahasa bukan hanya menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia; oleh karena itu, mempengaruhi pula tindak lakunya. Dengan kata lain, suatu bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa lain, akan mempunyai corak budaya dan jalan pikiran yang berbeda pula. Jadi, perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran manusia itu bersumber dari pebedaan bahasa, atau tanpa adanya bahasa, manusia tidak memiliki pikiran sama sekali. Kalau bahasa itu mempengaruhi kebudayaan dan jalan pikiran manusia, maka cirri-ciri yang ada dalam suatu bahasa akan tercermin pada sikap dan budanya penuturnya. Contoh yang paling mendasar adalah kata rice dalam bahasa Inggris, dapat diterjemahkan menjadi tiga kata yang maknanya berbeda dalam bahsa Indonesia yaitu gabah, beras dan nasi. Ini menujukkan bahwa orang Indonesia lebih peduli pada benda ini daripada orang Inggris. .
Bahasa barat (Eropa) memiliki system kala (tenses), maka orang Barat sebagai penutur bahasa memperhatikan dan malah terikat dengan waktu. Mereka melakukan kegiatan selalu terikat dengan waktu. Begitu pun kebiasaan-kebiasaan yang berkenaan dengan tindak tutur selalu terikat dengan waktu. Pada musim panas pukul 21.00 rembulan masih bersinar terang, tetapi anak-anak mereka (karena sudah menjadi kebiasaan) disuruh tidur karena katanya hari sudah malam. Pukul 01.00 (sesudah pukul 24.00) meskipun masih gelap gulita, bila bertemu mereka sudah akan saling menyapa dengan ucapan “selamat pagi” karena katanya hari sudah pagi. Sebaliknya, bagi orang Indonesia karena dalam bahasanya tidak ada sistem kala, maka menjadi tidak memperhatikan akan waktu. Acara yang sudah terjadwalkan waktunya bisa mundur satu atau beberapa jam kemudian. Itulah sebabnya ungkapan “jam karet” hanya ada di Indonesia.
Hal ini menyebutkan tingkatan-tingkatan dalam bahasa merupakan hal yang menunjukkan keadaan dan situasi social dalam sebuah masyarakat. Ketika kita menggunakan bahasa daerah, sifat bahasa daerah yang berlapis-lapis itu, sadar ataupun tidak memaksa kita untuk memandang orang di hadapan kita dengan kategori tertentu sehingga bahasa daerah dapat dikatakan bersifat feodalistik, tidak egaliter baik dalam penggunaan kata ganti, kata sifat, maupun kata kerja berbeda dengan bahas inggris yang lebih egaliter. Kita menggunakan kata ganti orang pertama I dan kata ganti orang kedua you kepada siapapun, tak peduli apapun jabatan mereka baik dalam situasi formal maupun informal.
Hipotesis Whorf menyatakan perbedaan berfikir disebabkan oleh bahasa ini. Orang Arab melihat realitas secara berbeda dengan orang Jepang, sebab bahasa Arab tidak sesama bahasa Jepang. Whorf menegaskan realitas itu tidaklah terpampang begitu saja di depan kita lalu, lalu kita memberinya nama satu per satu. Yang terjadi sebenarnya menurut Whorf, adalah sebaliknya bahwa kita membuat peta realitas tersebut, yang dilakukan atas dasar bahasa yang kita pakai, bukan atas dasar realitas itu. Umpamanya jenis warna di seluruh dunia ini sama, tetapi mengapa setiap bangsa yang berbeda bahasanya, melihatnya sebagai sesuatu yang berbeda. Orang Inggris mengenal warna dasar white, red, green, yellow, blue, brown, purple, pink, orange, grey. Penutur bahasa Hunanco di Filipina hanya mengenal 4 warna saja yaitu mabiru (hitam dan warna gelap), melangit (putih dan warna cerah), meramar (kelompok warna merah), malatuy (kuning, hijau muda, dan coklat muda).
Dalam penjelasan diatas secara implisit teori ini menyatakan bahwa:
1.      Tanpa bahasa kita tidak dapat berfikir
2.      Bahasa mempengaruhi persepsi
3.      Bahasa mempengaruhi pola berfikir

III. STUDI KASUS
A.      STUDI KASUS 1


Seorang anak berumur 5 tahun diidentifikasi mengalami autisme, dimana ia dalam usianya belum dapat melakukan perkembangan baik secara motorik dan emosional. Kelainan sikap yang dimiliki anak ini mulai disadari orangtuanya ketika ia berumur 2 tahun, dimana pada saat itu anak seusianya sudah dapat mulai belajar untuk berbicara, anak ini malah memiliki keterlambatan kemampuan bicara hingga usianya seperti sekarang ini, semakin bertambah usia, perilaku anak ini semakin mencurigakan orangtuanya seperti anak ini mulai seperti memiliki dunianya sendiri, terkadang tertawa sendiri, menangis sendiri dan marah-marah sendiri, dan anak ini sangat sulit dalam kemampuan kontak mata dengan lawan bicara, ekspresi wajah anak tidak dapat dengan jelas dimengerti dan hiperaktif.


Dalam kaitannya dengan kognisi, autis disebabkan oleh kerusakan area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, sehingga anak penderita autis tidak mampu mengkoordinasikan kemampuan kognisinya dalam kemampuan berbahasa maupun kemampuan dasar lainnya yang dimiliki anak normal.
Anak penderita autisme cenderung tidak memiliki kemampuan berbahasa yang baik, serta tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal, sering menggunakan bahasa aneh dan berulang-ulang.
Bahasa yang merupakan jembatan antara kognisi dan perilaku bagi setiap individu tidak dapat melakukan perannya sebagaimana mestinya pada penderita anak autis, sehingga hasil dari proses kognisi dan berbahasa yang tidak sebagaimana mestinya, anak autis memiliki taraf kemampuan yang jauh berbeda dengan usianya. Sebagai contoh anak autis berusia 10 tahun hanya dapat melakukan kemampuan kognitif dan berbahasa yang dimiliki anak berusia 5 tahun.

B.      STUDI KASUS 2

Jika melihat bagaimana anak-anak berusia 3 tahun berkomunikasi, maka kita akan melihat anak-anak tersebut umumnya hanya berbicara perkata saja. Contohnya, seorang anak yang berusia 3 tahun rata-rata hanya dapat mengatakan kata “mama”, “papa”, “hai”, dan kata-kata lain yang mudah diucapkan oleh mereka. Hal tersebut dikarenakan kognitif mereka yang baru akan berkembang, sehingga dalam berbahasa pun mereka masih menggunakan kata-kata yang sederhana. 

Referensi :
http://www.kompasiana.com/jokowinarto/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan_550094a28133115318fa799e (diakses pada 23 Juni 2015, Pukul 16:00 WIB)
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta : Salemba Humanika.
http://11018rika.blogspot.com/2012/04/teori-kognisi-dan-bahasa.html (diakses pada 23 Juni 2015, Pukul 16:00 WIB)
Images :
http://liputanislam.com/wp-content/uploads/2014/12/Anak-Autis.jpg (diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
http://cdn-media.viva.id/thumbs2/2014/01/07/60295-0_663_382.jpg (diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
http://www.newkidscenter.com/images/10401053/image001.jpg (diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
http://www.thetimes.co.uk/tto/multimedia/archive/00262/102295502_Baby_262731c.jpg (diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
http://www.chinadailyasia.com/attachement/jpg/site441/20140219/1392772058625_771.jpg (diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
https://teachbabytotalk.files.wordpress.com/2013/01/depositphotos_21428829_m.jpg (diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
https://teachbabytotalk.files.wordpress.com/2013/04/depositphotos_14553715_m.jpg (diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)