I. KOGNITIF
A.
Pengertian
Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam
taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang
terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana
proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki
oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik,
yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru
diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus
memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran,
pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan
sebagainya.
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari
Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka
sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan
sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegasi proses-proses
sendiri menjadi sistem - sistem yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai
kecenderungan bawaan setiap organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan
dan keadaan sosial.
Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri
dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika
individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah
ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri
dengan informasi baru.
Konsep : Unit Dasar dari berpikir
Konsep adalah unit dasar dari berpikir. Konsep
adalah kategori umum dari hal, peristiwa, dan kualitas yang dihubungkan
berdasarkan suatu ciri-ciri yang umum tanpa memedulikan perbedaan mereka.
Contohnya dapat dilihat pada sepeda. Pada umumnya banyak sekali jenis sepeda
tapi kita tahu bahwa semua sepeda memiliki ciri umum yang sama yaitu memiliki
dua roda, pedal, dan setang. Dan kita tahu apa-apa saja yang bukan sepeda
seperti motor, mobil, dan lain-lain.
Empat alasan kenapa konsep sangat penting.
1)
Konsep
memungkinkan kita untuk melakukan generalisasi.
Bila kita tidak memiliki konsep,
setiap objek dan kejadian dalam dunia kita akan menjadi unik dan sesuatu yang
baru untuk kita setiap kita berhadapan dengannya.
2)
Konsep
memungkinkan kita untuk membuat asosiasi pengalaman dan benda-benda yang ada.
Bola basket, hoki es, dan lari dalam
lintasan merupakan contoh-contoh olahraga. Konsep olahraga memberikan kita cara
untuk membandingkan aktivitas-aktivitas ini.
3)
Konsep
membantu ingatan, membuatnya menjadi lebih efisien, sehingga tidak harus
menciptakan kembali pemahaman atau makna ketika kita berhadapan dengan potongan
informasi.
4)
Konsep
menyediakan petunjuk mengenai bagaimana kita bereaksi terhadap suatu pengalaman
tertentu.
B.
Prinsip
Dasar Teori Piaget
Jean
Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg
mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis (
perkembangan jiwa).
Piaget
menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap
lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk
melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari
hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon.
Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan
untuk transportasi.
Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan
Kognitif, yaitu :
·
Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat
merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak
cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat
memanfaatkan pengalaman tersebut.
·
Kematangan
Kematangan
sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat
secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi
secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
·
Pengaruh
sosial
Lingkungan
sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif
·
Proses
pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses
pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu
dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan
jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan
tersusun baik.
C. Aspek Inteligensi
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari
3 perspektif berbeda:
1) Struktur disebut juga scheme (skemata/Schemas). Struktur dan
organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari
meniru struktur realita eksternal secara pasif. Interaksi pikiran manusia
dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri. Struktur kognitif merupakan mental framework yang dibangun seseorang dengan
mengambil informasi dari lingkungan dan
menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta
mentransformasikannya. (Flavell, Miller & Miller)
2 hal penting yg harus diingat tentang
membangun struktur kognitif:
1. seseorang terlibat secara aktif dalam
membangun proses
2. lingkungan dimana seseorang
berinteraksi penting untuk perkembanga struktural
2) Isi disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi
sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik pada apa
yang anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses
berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur dan
fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” dan
“mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual.
3) Fungsi Disebut function, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun.
Semua organisme hidup yang berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi
melalui proses organisasi dan adaptasi. Organisasi: cenderung untuk
mengintegrasi diri dan dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi
satu kesatuan yg penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan terjadi
dalam 2 cara:
1. Organisme memanipulasi dunia luar
dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Proses ini disebut dengan
asimilasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar dan mencocokkannya ke
dalam struktur yang sudah ada. Contoh: manusia mengasimilasi makanan dengan
membuatnya ke dalam komponen nutrisi, makanan yg mereka makan menjadi bagian
dari diri mereka.
2. Organisme memodifikasi dirinya
sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Proses ini disebut akomodasi.
Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri
untuk memenuhi kebutuhan eksternal. Contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi
makanan tapi juga mengakomodasikannya dengan mensekresi cairan lambung untuk
menghancurkannya dan kontraksi lambung mencernanya secara involunter.
Melalui
kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa
keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan.
Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai
denganmenggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
D. Teori Perkembangan Piaget
Jean
Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami
dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget
seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi
sosial. Maturasii atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang
terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani
lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi
dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Tahap – tahap Perkembangan
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke
dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia : 1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun) 2. Periode
praoperasional (usia 2–7 tahun) 3. Periode operasional konkrit (usia 7–11
tahun) 4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa).
1)
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan
sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya.
Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode
sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini
menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial / persepsi penting dalam
enam sub-tahapan:
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat
lahir sampai usia enam minggudan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular
primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama
dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular
sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan
terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular
sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya
kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya
berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e.
Sub-tahapan
fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan
terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai
tujuan.
f.
Sub-tahapan
awal representasi simbolik,
berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreativitas.
2)
Tahapan praoperasional
Tahapan
ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis
yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan
tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah
operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini,
anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan
kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat
dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan
satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut
Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul
antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif
bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
3)
Tahapan operasional konkrit
Tahapan
ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama
tahapan operasional konkrit adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut
ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran,
mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi—kemampuan
untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak
tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa
aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak
tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau
benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak
dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4,
jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang
salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan
boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan
boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka
itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan
ke dalam laci oleh Ujang.
4)
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah
periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai
dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal
seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya
dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di
antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa
secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai
tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
§ Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai
dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang
diloncati dan tidak adaurutan yang mundur.
§ Universal (tidak terkait budaya)
§ Bisa digeneralisasi : representasi dan
logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua
konsep dan isi pengetahuan
§ Tahapan-tahapan tersebut berupa
keseluruhan yang terorganisasi secara logis
§ Urutan tahapan bersifat hirarkis
(setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih
terdiferensiasi dan terintegrasi)
§ Tahapan merepresentasikan perbedaan
secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan
perhatian kepada :
§ Berfikir atau proses mental anak,
tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran
serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang
dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.
§ Teori dasar perkembangan kognitif dari
Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi
inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di
lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir,
antara lain kemampuan berpikir konservasi.
§ Piaget memusatkan pada tahap-tahap
perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar
konteks sosial dan budaya , yang
mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan
perkembangan intelektual.
§ Menurut Peaget, siswa dalam segala
usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun
pengetahuan mereka sendiri.
§ Pengetahuan tidak statis tetapi secara
terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi
pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodivikasi
pengetahuan awal mereka.
§ Piaget menjelaskan bahwa anak kecil
memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus –menerus berusaha memahami
dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk
aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. PBI
dikembangkan berdasarkan kepada teori Piaget ini.
§ Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya
menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya
berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah
seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan
detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu
menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
E. Implementasi Teori Perkembangan
Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran, adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda
dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan cara berfikir anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik
apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar
dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak
hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar
sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya
diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Inti dari implementasi teori Piaget
dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau
proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban
siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada
jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan
anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam
kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made)
tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya
sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang
diarahkan untuk
menjadikan anak-anak seperti orang
dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu
dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak
berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya
dengan kecepatan yang berbeda.
II.
BAHASA
A. Pengertian Bahasa
Bahasa
adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan
antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
yang berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (pertukaran informasi antara
pikiran dan perasaan).
Bahasa memungkinkan kita berkomunikasi dengan
orang lain di sekitar kita. Bahasa juga memungkinkan kita untuk memikirkan
tentang hal-hal dan proses-proses yang terjadi yang tidak dapat kita lihat,
rasa, dengar, sentuh , atau baui. Hal-hal ini mencakup mengenai ide-ide ataupun
konsep-konsep yang tidak memiliki bentuk / wujud untuk diserap indera kita.
Walaupun fungsi utama bahasa adalah sebagai
alat untuk berkomunikasi, tetapi tidak semua komunikasi dilakukan lewat bahasa.
Komunikasi juga memadu aspek-aspek lain di luar bahasa ujaran. Aspek-aspek
tersebut antar lain :
§ Aspek pertama
Komunikasi dapat dilakukan dengan
cara-cara non-verbal (misalnya : bahasa tubuh).
Contoh : Saat sedang sedih biasanya
raut wajah seseorang akan tampak murung. Hal ini dapat member informasi bagi
orang lain bahwa seseorang itu sedang bersedih tanpa harus memberitahu lewat
bahasa ujaran.
§ Aspek kedua
Komunikasi bisa dilakukan lewat
tatapan karena tatapan bisa menggambarkan banyak tujuan.
Contoh : Tatapan mata yang tajam dan
menakutkan bisa saja menjadi indikasi bahwa seseorang sedang marah dan kesal.
§ Aspek ketiga
Dalam aspek ketiga ini komunikasi juga
dapat dilakukan lewat sentuhan atau kontak fisik yang bermakna.
Contoh : Kita sering memnberikan ucapan
selamat kepada seseorang dengan jabatan tangan atau sebuah pelukan.
B. Hakikat Bahasa
Arti
kata hakikat menurut KBBI memiliki pengertian intisari atau mendasar. Jadi,
hakikat bahasa dapat dipahami sebagai sesuatu yang mendasar dari bahasa.
Hakikat
Bahasa diantaranya :
·
Bahasa
sebagai alat komunikasi
Bahasa
menjadi penyampai pesan dari penyapa kepada yang disap. Komunikasi harus
bermakna atau berarti baik bagi penyapa atau pesapa. Komunikasi dapat bermakna
jika sistem tanda yang digunakan sebagai alat komunikasi tersebut informatif.
·
Bahasa
bersifat arbitrer
Pengertian
arbitrer
dalam studi bahasa adalah manasuka, asal
bunyi, atau tidak ada hubungan logis antara kata sebagai simbol (lambang)
dengan yang dilambangkan. Arbitrer berarti dipilih secara acak tanpa alasan
sehingga ciri khusus bahasa tidak dapat diramalkan secara tepat.Secara leksis,
kita dapat melihat kearbitreran bahasa. Kata anjing digunakan dalam
bahasa Indonesia, Biang dalam bahasa Batak, Dog dalam bahasa
Inggris. Hal ini memiliki kata yang berbeda untuk menyatakan konsep yang sama.
Kearbitreran bahasa di dunia ini menyebabkan adanya kedinamisan bahasa.
·
Bahasa
sebagai system
Setiap
bahasa memiliki sistem, aturan, pola, kaidah sehingga memiliki kekuatan atau
alasan ilmiah untuk dipelajari dan diverifikasi. Pada hakikatnya, setiap bahasa
memiliki dua jenis sistem yaitu sistem
bunyi dan sistem arti. Sistem bunyi mencakup bentuk bahasa dari tataran
terendah sampai tertinggi (fonem, morfem, baik morfem bebas maupun morfem
terikat, frase, paragraf, dan wacana). Sistem bunyi suatu bahasa
tidak secara acak- acakan, tetapi mempunyai kaidah- kaidah yang dapat
diterangkan secara sistematis. Sistem arti suatu bahasa merupakan isi atau
pengertian yang tersirat atau terdapat dalam sistem bunyi.
Sistem
bunyi dan sistem arti memang tidak dapat dipisahkan karena yang pertama
merupakan dasar yang kedua dan yang kedua merupakan wujud yang pertama.
·
Bahasa memiliki makna
Makna adalah arti, maksud atau pengertian yang diberikan kepada suatu
bentuk kebahasaan untuk menghubungkan bentuk kebahasaan tersebut dengan alam di
luar bahasa atau semua hal yang ditunjuknya.
·
Bahasa bersifat produktif /
generatif
Hal ini diartikan sebagai kemampuan unsur bahasa untuk
menghasilkan terus- menerus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-
unsur baru. Prefik /meN-/ dan /di-/, misalnya dapat melekat pada setiap kata
kerja dan fungsinya masing- masing membentuk kata kerja aktif dan kata kerja
pasif dalam bahasa Indonesia.
·
Bahasa bersifat universal
Bahasa merupakan sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap
orang. Pada sifat internal bahasa, universal adalah kategori linguistik yang
berlaku umum untuk semua bahasa.
·
Bahasa
bersifat unik
Hal
ini terlihat dari studi bahasa adalah kategori bahasa yang tersendiri bentuk
dan jenisnya dari bahasa lain. Setiap bahasa ada perbedaan dengan bahasa lain
meskipun termasuk dalam bahasa serumpun.
·
Bahasa
bersifat dinamis
Bersifat
dinamis maksudnya bahwa bahasa selalu berkembang dari waktu ke waktu. Bahasa
Indonesa yang kita pakai sekarang bukanlah bahasa yang tidak pernah berkembang.
Bahkan, bahasa Indonesia yang dipakai sekarang merupakan hasil dari pekembangan
bahasa Melayu yang tentunya sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang kita
pakai sekarang.
·
Bahasa
bersifat konvensional
Konvensional
dapat diartikan sebagai satu pandangan atau anggapan bahwa kata- kata sebagai
penanda tidak memiliki hubungan instrinsik atau inhern dengan objek, tetapi
berdasarkan kebiasaan, kesepakatan atau persetujuan masyarakat yang didahului
pembentukan secara arbitrer. Tahapan awal adalah manasuka/arbitrer, kemudian
hasilnya disepakati/ dikonvensikan, sehingga menjadi konsep yang terbagi
bersama (socially shared concept).
Setiap
kita berbicara, kita terlibat dalam konvensi. Jika seseorang melihat kata kursi
atau mendengar bunyi kursi, secara langsung dapat mengetahui bahwa kata itu
merujuk pada sesuatu yang lain. Kita tahu bahwa tidak ada hubungan yang inhern
antara kata kursi dengan benda kursi. Kata itu merujuk pada benda karena ada konvensi
penamaan atau penyebutan benda tertentu dengan suatu nama tertentu.
C. Tahap Awal Perkembangan Bahasa
Salah satu hal yang paling menarik dari perkembangan
bahasa adalah interaksi linguistik anak dengan orangtua dan kepatuhan anak pada
peraturan tertentu. Walau anak telah mempelajari konsep dan kosakata sejak usia
dini, namun mereka huga mempelahari bagaimana bahasa mereka digunakan bersama.
Kebanyakan individu mengembangkan pemahaman mereka
dengan baik tentang kosakata dan struktur bahasanya pada masa kanak-kanak.
Misalnya, kebanyakan orang dewasa di Amerika telah memiliki kosakata setidaknya
lebihkurang 50.000 kata. Para peneliti telah menunjukkan minat pada proses
dimana aspek-aspek bahasa ini berkembang. Melalui banyak penelitian ini, kita
akan paham tentang pencapaian utama dalam perkembangan bahasa.
Sebagai contoh, dalam penelitian Patricia Kuhl tentang
perkembangan bahasa bayi menunjukkan bahwa jauh sebelum bayi mulai belajar
untuk mengucapkan kata-kata, bayi dapat melakukan pemilahan sejumlah suara yang
dibunyikan dalam proses mencari bunyi yang bermakna. Kuhl berpendapat bahwa
dari lahir hingga usia 6 bulan anak-anak merupakan “ahli linguistik universal” yang
mampu membedakan setiap bunyi yang membentuk percakapan manusia. Namun, ketika
mulai memasuki usia 6 bulan mereka telah mulai menjadi spesialis dalam suara
pembicaraan ibu mereka.
Sebelum memulai untuk mengungkapkan kata-kata
pertamanya, biasanya bayi akan berceloteh-pengulangan secara terus menerus atas
paduan suara dan huruf, seperti babababa atau dadadada-dimulai pada usia 3-6
bulan dan tentunya juga dipengaruhi oleh kesiapan biologis, tidak hanya
penguatan atau kemampuan untuk mendengar. Dalam hal ini, berceloteh mungkin
member kesempatan pada bayi untuk melatih mereka cara mengucapkan dan juga
membantu mereka mengembangkan kemampuan artikulasi suara yang berbeda-beda.
Sebuah tugas penting dalam perkembangan bahasa
bayi adalah untuk menyingkirkan kata-kata individual dari aliran suara yang
terus mengalir yang membentuk pembicaraan sehari-hari. Namun, untuk
melakukannya bayi harus menemukan batasan antarkata, sebuah tugas yang sangat
sulit untuk bayu karena orang dewasa tidak membuat jeda antarkata ketika mereka
berbicara. Kendati demikian, para peneliti telah menemukan bahwa bayi mulai
dapat mendeteksi batasan-batasan kata pada umur 8 bulan.
Kata-kata
pertama seorang anak, pertama kali diucapkan pada usia 10-13 bulan dan biasanya
kata-kata yang mereka ucapkan hanya seputar yang ada di sekitar mereka;
misalnya dapat meliputi nama orang yang penting (papa), mainan (bola), minuman
(susu), bagian tubuh (mata), dsb.
Ketika
anak-anak mencapai usia 2 tahun (24 bulan) bayi biasanya mengucapkan pernyataan
yang terdiri atas 2 kata, misalnya minum susu. Mereka juga cepat sekali
menangkap pentingnya mengekspresikan konsep dan peran yang dimainkan bahasa dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Untuk mengungkap pernyataan 2 kata ini,
anak-anak akan menggantungkannya pada sikap gesture (gerakan) tubuh, intonasi,
dan konteks. Walaupun kalimat 2 kata ini menghilangkan banyak bagian dari
pembicaraan, tetapi mereka mengungkapkan banyak pesan. Ucapan seperti ini
disebut sebagai pembicaraan telegrafik karena ketika orang menggunakan telegraf
untuk berkomunikasi, mereka menghilangkan sebanyak mungkin kata yang tidak
perlu untuk menyampaikan pesan seringkas dan setepat mungkin.
TABEL
PERKEMBANGAN BAHASA
Usia
|
Kemampuan Berbahasa
|
0-6 bulan
|
Cooing
Diskriminasi huruf vokal
Celotehan muncul pada usia 6 bulan
|
6-12 bulan
|
Celotehan berkembang untuk mencakup suara dari
bahasa yang diucapkan
Sikap tubuh yang digunakan untuk berkomunikasi
tentang objek
Kata pertama muncul pada usia 10-13 bulan
|
12-18 bulan
|
Memahami lebih dari 50 kata sebagai rata-rata
|
18-24 bulan
|
Kosakata menungkat hingga mencapai rata-rata 200
kata
Mulai mengombinasikan 2 kata
|
2 tahun
|
Kosakata meningkat dengan cepat
Penggunaan bentuk jamak dengan cepat
Penggunaan struktur bahasa untuk masa lalu
Penggunaan kata depan
|
3-4 tahun
|
Rata-rata panjangnya ucapan 3-4 morfem dalam sebuah
kalimat
Penggunaan kalimat “ya” dan “tidak”, pertanyaan
“apa”, “siapa”, “kapan”, dan “kenapa”
Penggunaan kalimat perintah
Kesadaran yang meningkat terhadap pragmatis
|
5-6 tahun
|
Kosakata mencapai rata-rata 10.000 kata
Koordinasi kalimat sederhana
|
6-8 tahun
|
Kosakata terus meningkat
Keterampilan pembicaraan terus meningkat
Penggunaan keterampilan sintaksis terus meningkat
|
9-11 tahun
|
Pendefinisian kata menurut sinonim
Strategi pembicaraan terus meningkat
|
11-14 tahun
|
Kosakata menungkat pada tambahan kata-kata yang
lebih abstrak
Memahami bentuk tata bahasa yang lebih rumit
Memahami metafora dan kalimat satir
Peningkatan pemahaman fungsi sebuah kata dalam
sebuah kalimat
|
15-20 tahun
|
Memahami hasil karya tulis
|
A. Bahasa
dan Berpikir : Hipotesis Whorfian
Bahasa
adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek
faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya
transformasi ini, maka manusia dapat berpikir mengenai sebuah objek, meskipun
objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Surya
Sumantri, 1998).
Hipotesis
Whorf lazim disebut teori relativitas bahasa. Edward Sapir (1884-1939) adalah
seorang linguis Amerika yang sangat memahami konsep-konsep linguistik Eropa
sedangkan Benjamin Lee Whorf (1897-1941) adalah gurunya. Mereka banyak
mempelajari bahasa-bahasa orang Indian.
Hipotesis
ini sangatlah kontroversial dengan pendapat sebagian ahli. Menurut hipotesis
Sapir-Whorf/ teori relativias linguistic menunjukkan suatu dunia simbolik yang
khas yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin dan kebutuhan si pemakainya.
Jadi bahasa bukan hanya menentukan corak budaya, tetapi juga menentukan cara
dan jalan pikiran manusia; oleh karena itu, mempengaruhi pula tindak lakunya.
Dengan kata lain, suatu bangsa yang berbeda bahasanya dari bangsa lain, akan
mempunyai corak budaya dan jalan pikiran yang berbeda pula. Jadi,
perbedaan-perbedaan budaya dan jalan pikiran manusia itu bersumber dari
pebedaan bahasa, atau tanpa adanya bahasa, manusia tidak memiliki pikiran sama
sekali. Kalau bahasa itu mempengaruhi kebudayaan dan jalan pikiran manusia,
maka cirri-ciri yang ada dalam suatu bahasa akan tercermin pada sikap dan
budanya penuturnya. Contoh yang paling mendasar adalah kata rice dalam bahasa
Inggris, dapat diterjemahkan menjadi tiga kata yang maknanya berbeda dalam bahsa
Indonesia yaitu gabah, beras dan nasi. Ini menujukkan bahwa orang Indonesia
lebih peduli pada benda ini daripada orang Inggris. .
Bahasa
barat (Eropa) memiliki system kala (tenses), maka orang Barat sebagai penutur
bahasa memperhatikan dan malah terikat dengan waktu. Mereka melakukan kegiatan
selalu terikat dengan waktu. Begitu pun kebiasaan-kebiasaan yang berkenaan
dengan tindak tutur selalu terikat dengan waktu. Pada musim panas pukul 21.00
rembulan masih bersinar terang, tetapi anak-anak mereka (karena sudah menjadi
kebiasaan) disuruh tidur karena katanya hari sudah malam. Pukul 01.00 (sesudah
pukul 24.00) meskipun masih gelap gulita, bila bertemu mereka sudah akan saling
menyapa dengan ucapan “selamat pagi” karena katanya hari sudah pagi.
Sebaliknya, bagi orang Indonesia karena dalam bahasanya tidak ada sistem kala,
maka menjadi tidak memperhatikan akan waktu. Acara yang sudah terjadwalkan
waktunya bisa mundur satu atau beberapa jam kemudian. Itulah sebabnya ungkapan
“jam karet” hanya ada di Indonesia.
Hal
ini menyebutkan tingkatan-tingkatan dalam bahasa merupakan hal yang menunjukkan
keadaan dan situasi social dalam sebuah masyarakat. Ketika kita menggunakan
bahasa daerah, sifat bahasa daerah yang berlapis-lapis itu, sadar ataupun tidak
memaksa kita untuk memandang orang di hadapan kita dengan kategori tertentu
sehingga bahasa daerah dapat dikatakan bersifat feodalistik, tidak egaliter
baik dalam penggunaan kata ganti, kata sifat, maupun kata kerja berbeda dengan
bahas inggris yang lebih egaliter. Kita menggunakan kata ganti orang pertama I
dan kata ganti orang kedua you kepada siapapun, tak peduli apapun jabatan
mereka baik dalam situasi formal maupun informal.
Hipotesis
Whorf menyatakan perbedaan berfikir disebabkan oleh bahasa ini. Orang Arab
melihat realitas secara berbeda dengan orang Jepang, sebab bahasa Arab tidak
sesama bahasa Jepang. Whorf menegaskan realitas itu tidaklah terpampang begitu
saja di depan kita lalu, lalu kita memberinya nama satu per satu. Yang terjadi
sebenarnya menurut Whorf, adalah sebaliknya bahwa kita membuat peta realitas
tersebut, yang dilakukan atas dasar bahasa yang kita pakai, bukan atas dasar
realitas itu. Umpamanya jenis warna di seluruh dunia ini sama, tetapi mengapa
setiap bangsa yang berbeda bahasanya, melihatnya sebagai sesuatu yang berbeda.
Orang Inggris mengenal warna dasar white, red, green, yellow, blue, brown,
purple, pink, orange, grey. Penutur bahasa Hunanco di Filipina hanya mengenal 4
warna saja yaitu mabiru (hitam dan warna gelap), melangit (putih dan warna
cerah), meramar (kelompok warna merah), malatuy (kuning, hijau muda, dan coklat
muda).
Dalam
penjelasan diatas secara implisit teori ini menyatakan bahwa:
1.
Tanpa
bahasa kita tidak dapat berfikir
2.
Bahasa
mempengaruhi persepsi
3.
Bahasa
mempengaruhi pola berfikir
III. STUDI KASUS
A.
STUDI
KASUS 1
Seorang
anak berumur 5 tahun diidentifikasi mengalami autisme, dimana ia dalam usianya
belum dapat melakukan perkembangan baik secara motorik dan emosional. Kelainan
sikap yang dimiliki anak ini mulai disadari orangtuanya ketika ia berumur 2
tahun, dimana pada saat itu anak seusianya sudah dapat mulai belajar untuk
berbicara, anak ini malah memiliki keterlambatan kemampuan bicara hingga
usianya seperti sekarang ini, semakin bertambah usia, perilaku anak ini semakin
mencurigakan orangtuanya seperti anak ini mulai seperti memiliki dunianya
sendiri, terkadang tertawa sendiri, menangis sendiri dan marah-marah sendiri,
dan anak ini sangat sulit dalam kemampuan kontak mata dengan lawan bicara,
ekspresi wajah anak tidak dapat dengan jelas dimengerti dan hiperaktif.
Dalam kaitannya dengan kognisi,
autis disebabkan oleh kerusakan area tertentu di otak, termasuk serebal korteks
dan cerebellum yang bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan
pengaturan mood, sehingga anak penderita autis tidak mampu
mengkoordinasikan kemampuan kognisinya dalam kemampuan berbahasa maupun
kemampuan dasar lainnya yang dimiliki anak normal.
Anak
penderita autisme cenderung tidak memiliki kemampuan berbahasa yang baik, serta
tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal, sering menggunakan bahasa
aneh dan berulang-ulang.
Bahasa
yang merupakan jembatan antara kognisi dan perilaku bagi setiap individu tidak
dapat melakukan perannya sebagaimana mestinya pada penderita anak autis,
sehingga hasil dari proses kognisi dan berbahasa yang tidak sebagaimana
mestinya, anak autis memiliki taraf kemampuan yang jauh berbeda dengan usianya.
Sebagai contoh anak autis berusia 10 tahun hanya dapat melakukan kemampuan
kognitif dan berbahasa yang dimiliki anak berusia 5 tahun.
B.
STUDI KASUS 2
Jika melihat
bagaimana anak-anak berusia 3 tahun berkomunikasi, maka kita akan melihat
anak-anak tersebut umumnya hanya berbicara perkata saja. Contohnya, seorang
anak yang berusia 3 tahun rata-rata hanya dapat mengatakan kata “mama”, “papa”,
“hai”, dan kata-kata lain yang mudah diucapkan oleh mereka. Hal tersebut
dikarenakan kognitif mereka yang baru akan berkembang, sehingga dalam berbahasa
pun mereka masih menggunakan kata-kata yang sederhana.
Referensi :
http://www.kompasiana.com/jokowinarto/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan_550094a28133115318fa799e
(diakses pada 23 Juni 2015, Pukul 16:00 WIB)
King,
Laura A. 2010. Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta :
Salemba Humanika.
http://11018rika.blogspot.com/2012/04/teori-kognisi-dan-bahasa.html
(diakses pada 23 Juni 2015, Pukul 16:00 WIB)
Images :
http://liputanislam.com/wp-content/uploads/2014/12/Anak-Autis.jpg
(diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
http://cdn-media.viva.id/thumbs2/2014/01/07/60295-0_663_382.jpg
(diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
http://www.newkidscenter.com/images/10401053/image001.jpg
(diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
http://www.thetimes.co.uk/tto/multimedia/archive/00262/102295502_Baby_262731c.jpg
(diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
http://www.chinadailyasia.com/attachement/jpg/site441/20140219/1392772058625_771.jpg
(diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
https://teachbabytotalk.files.wordpress.com/2013/01/depositphotos_21428829_m.jpg
(diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)
https://teachbabytotalk.files.wordpress.com/2013/04/depositphotos_14553715_m.jpg
(diakses pada 25 Juni 2015 Pukul: 11:58 WIB)