Pages

Selasa, 29 November 2016

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

1.      Kepemimpinan
a.    Definisi Kepemimpinan
George R. Terry dalam Sutarto (1998) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Ordway Tead (1929) mendefinisikan kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.
Rauch & Behling (1984) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
 Hemhill & Coon (1995) mendefinisikan kepemimpinan sebagai perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang yang mana mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar, mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya serta memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
b.    Tipe-tipe Kepemimpinan
Ada enam tipe kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1)    Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah jenis  kepemimpinan dimana seorang  pemimpin memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Jika ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim. Pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
2)    Otokratis
Jenis kepemimpinan seperti ini akan tampak seperti diktator. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Gaya ini ditandai dengan kebergantungan pada yang berwenang dan menganggap bahwa bawahan hanya akan melakukan sesuatu jika diperintah. Umumnya gaya kepemimpinan seperti ini dilaksanakan pada negara-negara yang menganut asas komunis.
3)    Partisipatif
Kepemimpinan dengan jenis seperti ini dipakai untuk memotivasi bawahan melalui pelibatan dalam pengambilan keputusan. Pemimpin mengharapkan agar karyawan mampu bekerja sama dalam pencapaian tujuan. Gaya kepemimpinan seperti ini cocok dilakukan pada perusahaan dimana keputusan harus dilaksanakan bersama.
4)    Birokratis
Jenis kepemimpinan seperti ini adalah gaya yang patuh terhadap peraturan. Para pemimpin dengan gaya kepemimpinan birokratis menganggap bahwa segala kesulitan akan dapat diatasi jika setiap orang mematuhi peraturan. Suatu sistem adalah hal yang mutlak ada pada gaya kepemimpinan seperti ini. Jika dikaitkan dengan dunia bisnis, gaya kepemimpinan yang umumnya menggunakan cara kepemimpinan birokratis adalah para birokrat yang berada pada perusahaan Negara.
5)    Permisif
Pemimpin yang mempunyai jenis kepemimpinan permisif akan selalu berkeinginan untuk membuat setiap orang yang berada dalam kelompok puas. Jenis kepemimpinan seperti ini menganggap bahwa bila orang-orang merasa puas dengan diri mereka sendiri dan orang lain, maka dengan demikian organisasi akan berfungsi. Pemimpin yang permisif menginginkn agar setiap orang merasa senang dalam organisasi.
6)    Bebas
Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing-masing, dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok organisasi.
Jenis kepemimpinan seperti ini pada umumnya merupakan seseorang pemimpin yang berusaha mengelak atau menghindar dari tanggung jawab, sehingga apabila terjasi kesalahan atau penyimpangan, dengan mudah dan tanpa beban mengatakan bukan kesalahan atau tanggung jawabnya karena bukan keputusannya dan tidak pernah memerintahkan pelaksanaanya.
2.    Contoh Kasus Berdasarkan Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional
a.    Kepemimpinan Transformasional
1)    Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Istilah kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
McFarlan (1978) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Pfiffner (1980) kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Istilah transformasional berinduk dari kata to transform yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda, misalnya mengubah energi potensial menjadi energi aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Misalnya seorang kepala sekolah bisa disebut menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia mampu mengubah sumber daya baik  manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dimaksud, yaitu sumber daya manusia seperti pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti, dan lain-lain.
Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood, dkk (1999) mengemukakan :
Transformational leadership is seen to be sensitive to organization building, developing shared vision, distributing leadership and building school culture necessary to current restructuring efforts in schools.
(Kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangam visi secara bersama, pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi sekolah yang menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi sekolah).
2)    Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional diprediksikan mampu mendorong terciptanya efektifitas institusi pendidikan. Jenis kepemimpinan ini  menggambarkan adanya tingkat kemampuan pemimpin untuk mengubah mentalitas dan perilaku pengikut menjadi lebih baik.
Kepemimpinan transformasional memiliki makna dan orientasi masa depan (future oriented) institusi pendidikan diantaranya kebutuhan menanamkan budaya inovasi dan kreatifitas dalam meningkatkan kreativitas dalam meningkatkan mutu dan eksistensi institusi pendidikan. Hal ini penting karena warga institusi pendidikan terutama peserta didik berharap banyak untuk terciptanya institusi pendidikan yang berkualitas, produktif serta profesional dalam menapaki masa depan dan segala tantangan yang ada.
Ciri pemimpin transformasional diantaranya:
a)    Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan
b)    Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi
c)    Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi
Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yang membedakan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya:
a)    Charisma
Memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa hormat dan percaya.
b)    Inspiration
Mengomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya, mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.
c)    Intellectual stimulation
Meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.
d)    Individualized consideration
Memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan secara individual.
3)    Contoh Kepemimpinan Transformasional
Mahatma Gandhi secara khusus merupakan gambaran ideal dari seorang pemimpin transformasional. Kepemimpinan Gandhi mengedepankan nilai “non-kekerasan” dan nilai-nilai lainnya yang bersifat egalitarian, nilai-nilai mana sungguh memberikan dampak perubahan dalam diri orang-orang dan lembaga-lembaga di India. Kepemimpinan Gandhi sungguh memiliki tujuan secara moral, karena tujuannya adalah memenangkan kemerdekaan pribadi bagi orang-orang sebangsanya dengan membebaskan mereka dari penindasan oleh pemerintah kolonial Inggris. Kepemimpinan Gandhi mmapu mengangkat para pengikutnya ke tingkat moral yang lebih tinggi dengan melibatkan mereka dalam aktivitas-aktivitas non-kekerasan guna mencapai keadilan sosial.
b.    Kepemimpinan Transaksional
1)     Pengertian Kepemimpinan Transaksional
Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses pertukaran (exchange process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki.
Kudisch, mengemukakan kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai:
a)     Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.
b)     Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan.
c)     Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.
Kepemimpinan transaksional menurut Metcalfe (2000) pemimpin transaksional harus memiliki informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan bawahannya dan harus memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada tugasnya. Pada hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja buruk.
Bernard M. Bass mengemukakan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan di mana pemimpin menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut.
Jadi kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif.
2)    Ciri-ciri Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional sangat memperhatikan nilai moral seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan dan dan tanggung. Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam kesepakatan yang jelas, tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan orang lain. Inilah kepemimpinan kepala sekolah dengan mendengarkan keluhan dan perhatian berbagai partisipan, memutuskan perdebatan dengan adil, membuat orang bertanggungjawab atas target kerja mereka, menyediakan sumberdaya yang diperlukan demi pencapaian tujuan.
Kepemimpinan transaksional kepala sekolah mengandaikan adanya tawar menawar antara berbagai kepentingan individual dari guru dan staf sebagai imbalan atas kerjasama mereka dalam agenda kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan akan terus mengupayakan perbaikan-perbaikan evaluasi program, jalinan komunikasi, koordinasi, strategi mengatur target khusus dan kegiatan tugas-tugas untuk pemecahan masalah.
Kepala sekolah transaksional belajar tentang cara belajar (learning how to learn). Kepala sekolah belajar dari aneka pengalaman dan mempertahankan keyakinan atas nilai-nilai mereka. Kepala sekolah transaksional juga memiliki kemampuan motivasi dan memberdayakan guru dan stafnya. Dampaknya adalah terwujudnya perilaku organisasi sekolah (school organization behavior).
Kepemimpinan transaksional menurut Bass memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)    Contingent reward
Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja yang baik, mengakui pencapaian.
b)    Active management by exception
Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan perbaikan.
c)    Passive management by exception
Intervensi hanya jika standar tidak tercapai.
d)    Laissez-faire
Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.
3)    Contoh Kepemimpinan Transaksional
VIVA.co.id – Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, menginstruksikan kepada seluruh lurah di lima wilayah kota dan satu kabupaten di Jakarta untuk mulai menggalakan Gerakan Basmi Tikus (GBT).
"Saya sudah bilang sama pak camat, untuk bikin gerakan basmi tikus (GBT). Tikus di Jakarta ini besar-besar lho," ujar Djarot di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 18 Oktober 2016.
Menurut Djarot, langkah basmi tikus ini harus diambil karena keberadaan populasi tikus di Jakarta, khususnya di wilayah permukiman padat penduduk terbilang banyak dan mengkhawatirkan warga, terutama yang berusia balita (bawah lima tahun). Terlebih, keberadaan tikus menjadikan tempat terlihat kumuh.
Bahkan, Djarot menggelar sayembara, yakni akan memberikan insentif bagi warga yang bisa menangkap tikus. Ia meminta kepada jajaran terkait untuk menggunakan tenaga petugas harian lepas kebersihan atau petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), di samping keterlibatan warga.
"Satu ekor tikus kami siapkan insentif Rp20 ribu. Tikus yang berhasil ditangkap bisa dijadikan pupuk setelah dikumpulkan," katanya. (ase)

Referensi
Bass, B.M. (1997). Personal selling and transactional/transformational
leadership. Journal of Personal Selling & Sales Management, Vol. XVII, No. 3 (Summer 1997, Pages 19-28).

Danim, Sudarwan. 2010. Kepemimpinan Pendidikan (Kepemimpinan
Jenius (IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional dan Mitos). Bandung: Alfabeta

Danim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan
Transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran). Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyono. 2009. Educational Leadership (Mewujudkan Efektivitas Kepemimpinan Pendidikan). Malang: UIN Malang Press


http://metro.news.viva.co.id/news/read/836069-tangkap-satu-tikus-di-jakarta-berhadiah-rp20-ribu (diakses pada Sabtu, 26 November 2016 pukul 06:14 WIB)