1. Kepemimpinan
a.
Definisi Kepemimpinan
George
R. Terry dalam Sutarto (1998) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah hubungan
yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk
bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Ordway
Tead (1929) mendefinisikan kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang
memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.
Rauch
& Behling (1984) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian
tujuan.
Hemhill & Coon (1995) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada
dalam diri seseorang yang mana mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara
sadar, mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya serta memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
b.
Tipe-tipe Kepemimpinan
Ada enam tipe kepemimpinan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu:
1)
Demokratis
Kepemimpinan
demokratis adalah jenis kepemimpinan
dimana seorang pemimpin memberikan
wewenang secara luas kepada para bawahan. Jika ada permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim. Pemimpin memberikan banyak
informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
2)
Otokratis
Jenis
kepemimpinan seperti ini akan tampak seperti diktator. Segala pembagian tugas
dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan
para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Gaya ini ditandai
dengan kebergantungan
pada yang berwenang dan menganggap bahwa bawahan hanya akan melakukan sesuatu
jika diperintah. Umumnya
gaya kepemimpinan seperti ini dilaksanakan pada negara-negara yang menganut
asas komunis.
3)
Partisipatif
Kepemimpinan
dengan jenis seperti ini dipakai untuk memotivasi bawahan melalui pelibatan
dalam pengambilan keputusan. Pemimpin mengharapkan agar karyawan mampu bekerja
sama dalam pencapaian tujuan. Gaya kepemimpinan seperti ini cocok dilakukan pada
perusahaan dimana keputusan harus dilaksanakan bersama.
4)
Birokratis
Jenis
kepemimpinan seperti ini adalah gaya yang patuh terhadap peraturan. Para
pemimpin dengan gaya kepemimpinan birokratis menganggap bahwa segala kesulitan
akan dapat diatasi jika setiap orang mematuhi peraturan. Suatu sistem adalah
hal yang mutlak ada pada gaya kepemimpinan seperti ini. Jika dikaitkan dengan
dunia bisnis, gaya kepemimpinan yang umumnya menggunakan cara kepemimpinan
birokratis adalah para birokrat yang berada pada perusahaan Negara.
5)
Permisif
Pemimpin
yang mempunyai jenis kepemimpinan permisif akan selalu berkeinginan untuk
membuat setiap orang yang berada dalam kelompok puas. Jenis kepemimpinan
seperti ini menganggap bahwa bila orang-orang merasa puas dengan diri mereka
sendiri dan orang lain, maka dengan demikian organisasi akan berfungsi.
Pemimpin yang permisif menginginkn agar setiap orang merasa senang dalam
organisasi.
6)
Bebas
Tipe
kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasinya mampu
mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing-masing,
dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam merealisasikan
tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok organisasi.
Jenis
kepemimpinan seperti ini pada umumnya merupakan seseorang pemimpin yang
berusaha mengelak atau menghindar dari tanggung jawab, sehingga apabila terjasi
kesalahan atau penyimpangan, dengan mudah dan tanpa beban mengatakan bukan
kesalahan atau tanggung jawabnya karena bukan keputusannya dan tidak pernah
memerintahkan pelaksanaanya.
2.
Contoh Kasus Berdasarkan Kepemimpinan Transformasional
dan Transaksional
a. Kepemimpinan
Transformasional
1) Pengertian
Kepemimpinan Transformasional
Istilah
kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah
setiap tindakan yang yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengoordinasi
dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah
tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
McFarlan
(1978) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan
dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses
mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut
Pfiffner (1980) kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Istilah
transformasional berinduk dari kata to
transform yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi
bentuk lain yang berbeda, misalnya mengubah energi potensial menjadi energi
aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Misalnya seorang kepala
sekolah bisa disebut menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia
mampu mengubah sumber daya baik manusia,
instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.
Kepemimpinan
transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan
atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target
capaian yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dimaksud, yaitu sumber daya
manusia seperti pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti,
dan lain-lain.
Berkaitan
dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood, dkk (1999) mengemukakan :
Transformational
leadership is seen to be sensitive to organization building, developing shared
vision, distributing leadership and building school culture necessary to
current restructuring efforts in schools.
(Kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang
dipimpin ke arah tumbuhnya sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi,
pengembangam visi secara bersama, pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan
membangun kultur organisasi sekolah yang menjadi keharusan dalam skema
restrukturisasi sekolah).
2) Ciri-ciri
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan
transformasional diprediksikan mampu mendorong terciptanya efektifitas institusi
pendidikan. Jenis kepemimpinan ini
menggambarkan adanya tingkat kemampuan pemimpin untuk mengubah
mentalitas dan perilaku pengikut menjadi lebih baik.
Kepemimpinan
transformasional memiliki makna dan orientasi masa depan (future oriented) institusi pendidikan diantaranya kebutuhan
menanamkan budaya inovasi dan kreatifitas dalam meningkatkan kreativitas dalam
meningkatkan mutu dan eksistensi institusi pendidikan. Hal ini penting karena
warga institusi pendidikan terutama peserta didik berharap banyak untuk
terciptanya institusi pendidikan yang berkualitas, produktif serta profesional
dalam menapaki masa depan dan segala tantangan yang ada.
Ciri pemimpin transformasional diantaranya:
a)
Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya
hasil pekerjaan
b)
Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan
kepentingan organisasi
c)
Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi
Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass
memiliki karakteristik yang membedakan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya:
a)
Charisma
Memberikan
visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa hormat
dan percaya.
b) Inspiration
Mengomunikasikan
harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya,
mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.
c) Intellectual stimulation
Meningkatkan
intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.
d) Individualized consideration
Memberikan
perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan
secara individual.
3) Contoh
Kepemimpinan Transformasional
Mahatma Gandhi secara khusus merupakan
gambaran ideal dari seorang pemimpin transformasional. Kepemimpinan Gandhi
mengedepankan nilai “non-kekerasan” dan nilai-nilai lainnya yang bersifat
egalitarian, nilai-nilai mana sungguh memberikan dampak perubahan dalam diri
orang-orang dan lembaga-lembaga di India. Kepemimpinan Gandhi sungguh memiliki
tujuan secara moral, karena tujuannya adalah memenangkan kemerdekaan pribadi
bagi orang-orang sebangsanya dengan membebaskan mereka dari penindasan oleh
pemerintah kolonial Inggris. Kepemimpinan Gandhi mmapu mengangkat para
pengikutnya ke tingkat moral yang lebih tinggi dengan melibatkan mereka dalam
aktivitas-aktivitas non-kekerasan guna mencapai keadilan sosial.
b. Kepemimpinan
Transaksional
1) Pengertian
Kepemimpinan Transaksional
Burns
mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi
bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional
juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses
pertukaran (exchange process), tidak
langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki.
Kudisch,
mengemukakan kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai:
a) Mempertukarkan
sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.
b) Intervensi yang
dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan memperbaiki
kesalahan.
c) Reaksi atas tidak
tercapainya standar yang telah ditentukan.
Kepemimpinan transaksional menurut Metcalfe (2000) pemimpin
transaksional harus memiliki informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan
dan diinginkan bawahannya dan harus memberikan balikan yang konstruktif untuk
mempertahankan bawahan pada tugasnya. Pada hubungan transaksional, pemimpin
menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada bawahannya yang berkinerja baik,
serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja buruk.
Bernard
M. Bass mengemukakan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan di mana
pemimpin menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat
mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar
memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut.
Jadi
kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang
pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan
penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas
yang efektif.
2)
Ciri-ciri Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan
transaksional sangat memperhatikan nilai moral seperti kejujuran, keadilan,
kesetiaan dan dan tanggung. Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam
kesepakatan yang jelas, tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan
orang lain. Inilah kepemimpinan kepala sekolah dengan mendengarkan keluhan dan
perhatian berbagai partisipan, memutuskan perdebatan dengan adil, membuat orang
bertanggungjawab atas target kerja mereka, menyediakan sumberdaya yang
diperlukan demi pencapaian tujuan.
Kepemimpinan
transaksional kepala sekolah mengandaikan adanya tawar menawar antara berbagai
kepentingan individual dari guru dan staf sebagai imbalan atas kerjasama mereka
dalam agenda kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan akan terus
mengupayakan perbaikan-perbaikan evaluasi program, jalinan komunikasi,
koordinasi, strategi mengatur target khusus dan kegiatan tugas-tugas untuk
pemecahan masalah.
Kepala
sekolah transaksional belajar tentang cara belajar (learning how to learn). Kepala sekolah belajar dari aneka
pengalaman dan mempertahankan keyakinan atas nilai-nilai mereka. Kepala sekolah
transaksional juga memiliki kemampuan motivasi dan memberdayakan guru dan
stafnya. Dampaknya adalah terwujudnya perilaku organisasi sekolah (school organization behavior).
Kepemimpinan
transaksional menurut Bass memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)
Contingent reward
Kontrak
pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja
yang baik, mengakui pencapaian.
b)
Active management
by exception
Melihat
dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan
perbaikan.
c)
Passive
management by exception
Intervensi hanya
jika standar tidak tercapai.
d)
Laissez-faire
Melepaskan
tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.
3) Contoh Kepemimpinan
Transaksional
VIVA.co.id –
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, menginstruksikan kepada
seluruh lurah di lima wilayah kota dan satu kabupaten di Jakarta untuk mulai
menggalakan Gerakan Basmi Tikus (GBT).
"Saya sudah bilang sama pak camat,
untuk bikin gerakan basmi tikus (GBT). Tikus di Jakarta ini besar-besar
lho," ujar Djarot di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 18 Oktober 2016.
Menurut
Djarot, langkah basmi tikus ini harus diambil karena keberadaan populasi tikus
di Jakarta, khususnya di wilayah permukiman padat penduduk terbilang banyak dan
mengkhawatirkan warga, terutama yang berusia balita (bawah lima tahun).
Terlebih, keberadaan tikus menjadikan tempat terlihat kumuh.
Bahkan,
Djarot menggelar sayembara, yakni akan memberikan insentif bagi warga yang bisa
menangkap tikus. Ia meminta kepada jajaran terkait untuk menggunakan tenaga
petugas harian lepas kebersihan atau petugas Penanganan Prasarana dan Sarana
Umum (PPSU), di samping keterlibatan warga.
"Satu
ekor tikus kami siapkan insentif Rp20 ribu. Tikus yang berhasil ditangkap bisa
dijadikan pupuk setelah dikumpulkan," katanya. (ase)
Referensi
Bass, B.M. (1997). Personal
selling and transactional/transformational
leadership. Journal of
Personal Selling & Sales Management, Vol. XVII, No. 3 (Summer 1997, Pages
19-28).
Danim, Sudarwan.
2010. Kepemimpinan Pendidikan (Kepemimpinan
Jenius
(IQ+EQ), Etika, Perilaku Motivasional dan Mitos).
Bandung: Alfabeta
Danim, Sudarwan. 2003. Menjadi Komunitas Pembelajar (Kepemimpinan
Transformasional
dalam Komunitas Organisasi Pembelajaran). Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyono. 2009. Educational Leadership
(Mewujudkan Efektivitas Kepemimpinan Pendidikan). Malang: UIN Malang Press
http://metro.news.viva.co.id/news/read/836069-tangkap-satu-tikus-di-jakarta-berhadiah-rp20-ribu (diakses pada Sabtu, 26 November 2016 pukul 06:14 WIB)
http://metro.news.viva.co.id/news/read/836069-tangkap-satu-tikus-di-jakarta-berhadiah-rp20-ribu (diakses pada Sabtu, 26 November 2016 pukul 06:14 WIB)