Pages

Rabu, 20 April 2016

Gangguan Kepribadian Antisosial (Antisocial Personality Disorder)


By :
Class 2PA01
1.         Khodijah Ul Kubro            (15514866)
2.       Putri Elena Safitri           (18514594)
3.       Risa Andriani                   (19514478)
4.        Saras Zettira Pratiwi      (1A514046)

*      Apa itu Antisocial Personality Disorder?
Ø  Menurut Kelompok Kami

§  Menurut Khodijah Ul Kubro             : Antisosial merupakan sikap seseorang yang tidak acuh
(menghiraukan) orang-orang di sekitarnya dan cenderung menyendiri. Hal ini dapat terjadi karena beberapa sebab, seperti latar belakangnya, trauma yang berhubungan dengan sosial, canggihnya teknologi yang membuat individu memainkan smartphonenya dibandingkan mengobrol dengan orang sekitarnya.
§  Menurut Putri Elena Safitri            : Antisosial merupakan perilaku menarik diri dari segala kegiatan sosial.
Mereka yang antisosial cenderung tidak ingin bersosialisasi atau bergabung bahkan akan mengabaikan lingkungan sosialnya.
§  Menurut Risa Andriani                   : Orang-orang yang pada umumnya adalah perilaku kriminal
§  Menurut Saras Zettira Pratiwi      : Gangguan kepribadian antisosial adalah kondisi seseorang dimana ia
tidak senang berhubungan dengan orang lain dan lebih senang menyendiri. Selain itu, individu tersebut cenderung bersifat apatis terhadap lingkungan sekitarnya.

§  Menurut Para Tokoh

Menurut Nevid dkk. (2005: 277) gangguan perilaku antisosial adalah sebuah gangguan perilaku yang ditandai oleh perilaku antisosial dan tidak bertanggungjawab serta kurangnya penyesalan untuk kesalahan mereka. Sedangkan menurut Cleckley (1976 dalam Silitonga, 2010) Orang dengan gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder) secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal dalam membina hubungan interpersonal dan pekerjaan. Menurut Kathleen Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara umum disekitarnya.


*      Gejala/Ciri-ciri Antisocial Personality Disorder

Tanda dan gejala gangguan kepribadian antisosial meliputi:
§  Mengabaikan nilai-nilai benar dan salah.
§  Berbohong atau menipu untuk mengeksploitasi orang lain.
§  Menggunakan pesona atau kecerdasan untuk memanipulasi orang lain dengan tujuan meraih keuntungan pribadi atau untuk kesenangan semata.
§  Egosentrisme intens, rasa superioritas, dan eksibisionisme.
§  Berulang kali mengalami masalah hukum.
§  Berulang kali melanggar hak orang lain dengan menggunakan intimidasi, ketidakjujuran, dan penipuan.
§  Tindakan pelecehan terhadap anak atau melalaikannya.
§  Menunjukkan sikap permusuhan, agitasi, impulsif, atau kekerasan.
§  Kurangnya empati terhadap orang lain dan kurangnya penyesalan saat melakukan tindakan merugikan.
§  Mengambil risiko atau melakukan tindakan berbahaya yang tidak perlu.
§  Hubungan yang buruk atau kasar.
§  Perilaku kerja yang tidak bertanggung jawab.
§  Kegagalan untuk belajar dari konsekuensi perilaku negatif di masa lalu.
Gejala gangguan kepribadian antisosial dapat dimulai pada masa kanak-kanak dan sepenuhnya terimplementasi pada usia 20-an dan 30-an.
Pada anak-anak, kekejaman terhadap hewan, perilaku bullying, impulsif atau ledakan kemarahan, isolasi sosial, dan kinerja sekolah yang buruk, dalam beberapa kasus, merupakan tanda awal gangguan ini.Meskipun dianggap sebagai gangguan seumur hidup, beberapa perilaku destruktif dan kriminal serta penggunaan alkohol atau obat-obatan dapat berkurang dari waktu ke waktu.
*      Bentuk-Bentuk Sikap Antisosial
§  Berdasarkan Penyebabnya
a)      Sikap antisosial yang muncul karena penyimpangan (devisiasi) individual Penyimpangan individul bersumber dari faktor-faktor yang terdapat diri seseorang, seperti pembawaan, penyakit, kecelakaan yang dialami seseorang, atau karena terdapat pengaruh sosial budaya yang sifatnya unik terhadap individu. Adapun bentuk-bentuk sikap antisosial antara lain sebagai berikut:
a.       Pembandel, yaitu orang yang tidak mau tunduk pada peringatan orang-orang yang memiliki kewenangan di lingkungan tersebut.
b.      Pelanggar, ialah orang-orang yang melanggar norma-norma umum atau masyarakat yang berlaku
c.       Pembangkang, adalah orang yang tidak tunduk pada nasihat-nasihat orang yang terdapat dilingkungan tersebut.
d.      Penjahat, adalah orang-orang yang mengabaikan norma-norma umum atau masyarakat yang berbuat sekehendak hati yang mengakibatkan kerugian-kerugian harta atau jiwa yang terdapat dilingkungannya ataupun yang berada di luar lingkungannya sehingga para anggota masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersiap-siap untuk menghadapinya.
b)      Sikap antisosial yang muncul karena penyimpangan situsional
Penyimpanan situasional adalah fungsi pengaruh kekuatan-kekuatan situasi yang berada di luar individu atau dalam situasi ketika individu merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalamnya. Situasi sosial adalah keadaan yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dimana tekanan, pembatasan, dan rangsangan yang datang dari orang atau kelompok di luar diri orang itu relatif lebih dinamis daripada faktor-faktor internal yang dapat menimbulkan respons mengenai hal-hal tersebut. Penyimpangan situasional dapat selalu kembali jika situasinya berulang. Mengenai kejadian tersebut, menjadi penyimpangan kumulatif. Macam-macam bentuk sikap antisosial adalah sebagai berikut:
a.       Degradasi moral atau demoralisasi karena kata-kata keras dan radikal yang kelaur di mulut para pekerja yang di PHK secara sepihak oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
b.      Tingkah laku kasar pada golongan remaja
c.       Tekanan batin yang dialami oleh perempuan-perempuan yang mengalami menopause
d.      Penyimpangan seksual yang terjadi karena seseorang menunda-nunda perkawinan
e.       Homoseksual yang terjadi untuk narapidana di lembaga permasyarakatan.
c)      Sikap antisosial yang muncul karena penyimpangan biologis
Penyimpangan biologi adalah faktor pembatas yang tidak memungkinkan terjadinya dalam memberikan persepsi atau menimbulkan respons-respons tertentu. Gangguan terjadi jika individu tidak melakukan suatu peranan sosial tertentu yang sangat perlu. Pembatasan terhadap gangguan-gangguan ini sifatnya transbudaya (menyeluruh di seluruh dunia). Terdapat macam-macam bentuk diferensiasi yang dapat menghasilkan penyimpangan biologis adalah sebagai berikut :
a.       Ciri-ciri ras, misalnya tinggi badan, roman muka, dan bentuk badan
b.      Ciri-ciri karena gangguan fisik, misalnya kehilangan anggota tubuh dan gangguan sensorik
c.       Ciri-ciri biologis yang aneh, cacat karena luka dan cacat yang terjadi karena bawaan lahir.
d.      Tidak berfungsinya tubuh secara baik dan tidak bisa dikendalikan lagi, misalnya epilepsi dan tremor.
d)     Sikap antisosial yang bersifat sosiokultural
Beberapa bentuk sikap dari antisosial dengan sifat sosiokultural adalah sebagai berikut :
a.       Primordialisme, adalah suatu sikap atau pandangan yang menunjukkan sikap yang berpegang teguh kepada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu, misalnya suku bangsa, agama, ras, ataupun asal usul kedaerahan oleh seseorang dalam kelompoknya, kemudian meluar dan berkembang. Primordialisme muncul karena adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok dan keinginan untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok. Selain dari itu, primordialisme berkaitan disebabkan dengan nilai-nilai mengenai keyakinan, misalnya keagamaan dan pandangan hidup. 
b.      Etnosentrims atau fanatisme suku bangsa, ialah suatu sikap yang menilai kebudayaan masyarkat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya sendiri. 
c.       Sekularisme, yaitu sikap yang lebih mengedepankan hal-hal yang sifatnya nonagamawi, misalnya teknologi dan ilmu pengetahuan. Orang yang seperti ini cenderung mengedepankan kebenaran duniawi. 
d.      Hedonisme, adalah suatu sikap manusia yang didasarkan pada diri mengenai pola kehidupan yang serbamewah, glamor, dan menemparkan kesenangan materiil di atas segalanya. Tindakan yang baik menurut hedonisme adalah tindakan yang menghasilkan kenikmatan. Orang yang mempunyai sifat seperti ini biasanya kurang peduli mengenai keadaan di sekitarnya karena yang diburu adalah kesenangan pribadi. 
e.       Fanatisme, ialah suatu sikap yang mencintai atau menyukai mengenai suatu hal secara berlebihan. Mereka tidak memedulikan apapun yang dipandang lebih baik daripada hal yang disenangi tersebut. Fanatisme yang berlebihan sangat berbahaya karena dapat berujung pada perpecahan atau konflik. Seperti fanatisme terhadap suatu ideologi atau arti idola.
f.       Diskriminasi, adalah sikap yang membeda-bedakan secara sengaja golongan-golongan yang berkaitan mengenai kepentingan-kepentingan tertentu. Dalam diskriminasi, golongan tertentu diperlakukan secara berbeda dengan golongan-golongan lain. Pembedaan itu dapat didasarkan pada suku bangsa, agama, mayoritas, atau bahkan minoritas dalam masyarakat. Seperti, diskriminasi ras yang sebelumnya pernah terdapat di Afrika Selatan dimana seluruh warga ras kulit putih menduduki lapisan lebih tinggi dibandingkan ras kulit hitam. 
§  Bentuk-Bentuk Sikap Antisosial Berdasarkan Sifatnya
a)      Tindakan antisosial yang dilakukan secara sengaja
Tindakan antisosial yang dilakukan secara sengaja adalah tindakan yang dilakukan secara sadar oleh pelaku, akan tetapi tidak mempertimbangkan penilaian orang lain terhadap tindakannya tersebut. Seperti vandalisme atau aksi corat-coret tembok rumah orang lain. 
b)      Tindakan antisosial karena tidak peduli
Tindakan antisosial karena tidak peduli adalah tindakan karena ketidakpedulian si pelaku mengenai keberadaan masyarakat disekitarnya. Seperti membuang sampah di sebmarang tempat atau mengebut ketika berkendara di jalan raya.

*      Penyebab Antisocial Personality Disorder
  • Terdapat norma dan nilai sosial yang tidak sesuai atau sejalan mengenai keinginan masyarakat sehingga dapat terjadi kesenjangan budaya, baik pola pikir masyarakat. 
  • Adanya ideologi yang dipaksakan untuk masuk ke dalam lingkungan masyarakat. Hal tersebut dapat menimbulkan guncangan budaya bagi masyarakat yang belum siap untuk menerima ideologi baru tersebut. 
  • Masyarakat kurang siap untuk menerima perubahan dalam tatanan masyarkat. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat perubahan sosial yang menuntuk seluruh komponen agar berubah mengikuti tatanan yang baru. Dalam perubahan, terdapat komponen yang siap, namun ada juga yang sebaliknya yang justru bersikap antisosial karena sepakat dengan perubahan yang terjadi. Seperti perusakan fasilitas umum. 
  • Ketidakmampuan seseorang untuk memahami atau menerima mengenai bentuk-bentuk perbedaan sosial dalam masyarakat sehingga akan mengakibatkan kecemburuan sosial. Perbedaan-perbedaan dimaknai sebagai suatu permasalahan yang dapat mengancam stabiltas masyarakat yang sudah tertata. 
  • Pemimpin yang kurang sigap dan tanggal mengenai fenomena sosial dalam masyarakat serta tidak mampu mengartikan keinginan masyarakat secara keseluruhan. 
            Menurut Soerjono Soekanto terdapat tiga istilah yang berhubunga dengan sikap antisosial, yaitu :
1)      Antikoformitas
Antikonformitas adalah suatu pelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dilakukan dengan sengaja oleh individu atau sekelompok individu. Sebagai contoh : mencuri, membunuh, membuat keributan, dan mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat.
2)      Aksi Antisosial
Aksi antisosial adalah sebuah aksi yang menempatkan kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok tertentu atas kepentingan umum. Sebagai contoh : tidak mau mengikuti kegiatan gotong royong di masyarakat, memanipulasi data keuangan sebuah organisasi demi kepentingan diri sendiri, dan lain-lain.
3)      Antisosial Grudge
Antisosial Grudge disebut juga dendam antisosial, yaitu rasa dendam atau sakit hati terhadap masyarakat maupun terhadap aturan sosial tertentu sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Sebagai contoh : minum minuman keras dan penyalahgunaan nerkoba karena merasa kurang dihargai olehmasyarakat sekitar.



*      Cara penanganan Antisocial Personality Disorder
ü  Perawatan
Karena orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial tidak memiliki gejala-gejala seperti tingkah laku abnormal pada umumnya (yakni kecemasan, depresi,delusi, halusinasi), maka mereka tidak didiagnosis sebagai orang-orang yang memiliki gangguan psikologi, karena hal tersebut mereka tidak perlu dirawat. Melainkan, karena tingkah laku mereka sering dilihat sebagai tingkah laku kriminal, maka mereka mungkin akan dihukum (dipenjarakan). Dengan alasan tersebut, sangat sedikit sekali masyarakat memberikan perhatian untuk merawat mereka. Tetapi karena masalah berat yang dilakukan oleh orang-orang ini terhadap masyarakat, maka usaha untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku mereka dianggap penting. Dengan demikian, disini akan dijelaskan beberapa pendekatan perawatan yang terbatas meskipun diakui orang-orang yang menderita gangguan ini sangat sulit dan tidak mungkin dirawat.
ü  Pendekatan Psikodinamik
Pada pendekatan ini, para terapis berusaha memberikan figur-figur orang tua yang berperrilaku tepat untuk pasien-pasien yang mengalami gangguan kepribadian antisosial. Para terapis tidak hanya akan memberikan dukungan, afeksi, dan pemahaman, tetapi mereka juga secara konsisten membimbing pasien-pasien dengan sikap yang tegas.  Karena pendekan ini pecaya bahwa orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial adalah orang-orang yang kurang diberikan kasih sayang orang tuanya, sehingga mereka tidak memiliki figur-figur yang patut dicontoh. Tujuan dari dilakukannya pendekatan ini ialah membantu pasien mengidentifikasikan diri dengan terapis, dan dengan berbuat demikian pasien dapat menginternalisasikan ajaran-ajaran yang telah diberikan. Pendekatan ini berfokus pada usaha untuk mengambangkan pematangan melalui identifikasi dan bukan pada usaha untuk memecahkan masalah-masalah melalui pemahaman seperti yang dilakukan terhadap pasien-pasien lain.
Pada pendekatan ini, pasien dapat kambuh kembali setelah menjalani perawatan. Karena orang-orang yang mengalami gangguan ini tidak memberikan respon terhadap perawatan, maka banyak psikoterpis yang enggan merawat orang-orang ini.
ü  Pendekatan Belajar
Teori belajar mengemukakan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial kurang mampu mengembangkan renpon-respon kecemasan yang terkondisi secara klasik, dan dengan demikian orang-orang ini tidak belajar menghindari perilaku-perilaku yang tidak tepat. Karena itu, intervensi- intervensi terapeutik yang bertolak dari pengondisian klasik tidak bermanfaat. Tetapi ada kemungkinan penggunaan pengondisian operan dimaksudkan untuk mengembangkan respons-respons yang tepat. Masalah yang muncul dalam pendekatan ini adalah orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian antisosial sudah mampu memperoleh reward-rewaard yang diinginkan melalui perilaku-perilaku mereka yang tidak tepat. Dengan demikian, tidak ada gunanya terapis menahan atau mengulur-ulur suatu reward atau intensif untuk tingkah laku yang tepat.
ü  Pendekatan fisiologis
Teori fisiologis mengemukakan bahwa ganguan kepribadian antisosial terjadi karena korteks kurang terangsang (cortical underarousal) sehingga orang-orang yang mengalami ganggua kepribadain antisosial tidak mengondisikan dengan baik dan sering melakukan perilaku-perilaku yang tidak tepat untuk menigkatkan rangsangan.bertolak dari penjelasan ini, kita mungkin mengharapkan bahwa pasien-pasien dapat dirawat dengan obat-obat stimulan kortikal yang akan meningkatkan kerentanan terhadap pengondisian dan mengurangi kebutuhan akan perangsangan.
Tetapi pengaruh obat-obatan stimulan jika digunakan untuk orang dewasa ternyata tidak bertahan lama dan tidak mungkin mereka menggunakan obat-obatan stimulan dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian dapat dikatakan orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial dapat dirawat atau dikontrol dengan menggunakan oba 

*      Kesimpulan 

Meskipun Antisocial Personality Disorder dengan berbagai gejala yang sudah kami paparkan di atas cenderung lebih ke ranah klinis dalam ilmu psikologi, nyatanya dewasa ini kita sebagai generasi era digital hampir dilumpuhkan dan bisa saja semua orang mengalami Antisocial Personality Disorder. Tidak lain karena kita sudah diperbudak oleh teknologi yang kita ciptakan sendiri. Kita yang sering kali mengabaikan lingkungan sekitar karena lebih memilih untuk menjadi generasi menunduk  dimanapun dan kapanpun.
*      Salah satu video tentang Antisocial Personality Disorder



Referensi:
Nevid, Jeferry S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga
Silitonga Ferry. 2010. Gangguan Kepribadian Antisosial.
Soekanto, Soerjono. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Surabaya :
Ghalia Indonesia.
Shadily, Hassan. 1998. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

http://www.amazine.co/25585/13-gejala-2-penyebab-gangguan-kepribadian-antisosial/ (diakses pada 17 April 2016 pukul 18:00 WIB)

https://www.google.com/books?hl=id&lr=&id=ZGyb1ITUiLkC&oi=fnd&pg=PA17&dq=kesehatan+mental+2&ots=SXITBGalyC&sig=USo9HSz6LBB6Ae2o2X6lvQOVVqg
(diakses pada 19 April 2016 pukul 21:00 WIB)

Images:

http://assets-a2.kompasiana.com/statics/files/1411623507195093569.jpg?t=o&v=760
(diakses pada 20 April 2016 pukul: 18:55 WIB)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpqBmvgmzyF3rCKLLeVuur678XsqlwW-GB-9rG-c9QWb8resuPhZNiub96Z65cVmqpSpJF80v-D_tHGL9DfT6Tzr1_QB8v-yThPNCsuLakb5Omek6f_3IDfpe_PzaSm1GUWa0yoD8-dXT4/s1600/akibat+anti+sosial.jpg
(diakses pada 20 April 2016 pukul: 18:55 WIB)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqwc0jMXcVTJBmbfpahCzcIET_ynW6_nx0xnAexL3QvXTLusIgqHV75T6j6MLv4qSpugrLokGxmjtBsVSPvsRGgHsBw9JKPmk3PWlNeGqy4GBFkWjnLGdn9uofDh-xIJfwHi3TTMTLdHiP/s1600/Anti+Sosial.png (diakses pada 20 April 2016 pukul: 18:55 WIB)


Minggu, 10 April 2016

KESEHATAN MENTAL MENURUT TOKOH-TOKOH PSIKOLOGI (Part 4)


Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari
1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian
dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah.
Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahuntahun
pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu
hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin
pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia,
disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat
mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of
Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey
serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth.
Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di
Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama
diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut
orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran
Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang
diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut
aliran Thorndike.
1.      Perkembangan Kesehatan Mental Menurut Carl Rogers

Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
2.      Konsep Kepribadian Menurut Carl Rogers
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.

Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.        Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.       Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan. Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
ü  Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
ü  Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
1.        Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual).
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
§  Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhankebutuhannya.
§  Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
§  Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2.       Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience). Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
§  Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”. Self mempunyai bermacam-macam sifat:
a)     Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
b)     Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
c)      Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
d)     Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
e)     Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
f)       Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.


3.      Kepribadian Sehat Menurut Carl Rogers
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak – kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.


Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda – beda tergantung pada pengalaman – pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut
Rogers’s Mind Mapping

Referensi :
Materi Handout Ibu Warda Lisa. Teori Kepribadian Carl Rogers
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
 Jarvis, Matt. (2006). Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media dan Nuansa.
Mahmud. (2005). Psikologi Pendidikan Mutakhir. Bandung:Sahiva
Samsyu Yusuf dan Juntika Nurihsan. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda

Images :
http://journalpsyche.org/wp-content/uploads/2014/08/CarlRogers.jpg
http://www.theimperfectprincess.com/wp-content/uploads/2015/01/CarlRogersQuote1.jpg
http://www.azquotes.com/picture-quotes/quote-the-only-person-who-is-educated-is-the-one-who-has-learned-how-to-learn-and-change-carl-rogers-24-91-89.jpg
https://runningfather.files.wordpress.com/2013/03/carl-rogers-1024x493.png
http://www.terre-a-psy.com/wp-content/uploads/Foto_rogers1.jpg